PERKEMBANGAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

A. Politik Luar Negeri Bebas Aktif pada Masa Orde Baru (1966-1998)

Di dalam dokumen yang berhasil disusun oleh pemerintah yang dituangkan di dalam Rencana Strategi Politik Luar negeri Republik Indonesia (1984-1989) antara lain dinyatakan bahwa politik Luar negeri suatu negara hakekatnya merupakan salah satu sarana untuk mencapai kepentingan nasional. Sedangkan di Indonesia, jika dicermati, rumusan pokok kepentingan nasional itu dapat dicari dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa.

Meletusnya pemberontakan G.30.S/PKI menim-bulkan banyak korban, terutama korban jiwa. Akibatnya muncullah berbagai tuntutan yang disponsori oleh berbagai kesatuan aksi dengan tuntutannya yang terkenal “TRITURA” (Tri Tuntutan Rakyat), yaitu : bubarkan PKI, turunkan harga dan reshuffle kabinet. Tuntutan pertama dapat dipenuhi pada tanggal 12 Maret 1966. Dan segera setelah itu pada bulan Juni sampai Juli 1966 Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (setelah anggota-anggotanya diperbaharui) menyelenggarakan Sidang Umum dengan menghasilkan sebanyak 24 ketetapan. Salah satu ketetapan MPRS tersebut adalah Ketetapan No.XII/MPRS/1966 tentang Penegasan Kembali Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI. Di dalam ketetapan tersebut antara lain diatur hal-hal sebagai berikut :

1)      Bebas-aktif, anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2)      Mengabdi kepada kepentingan nasional dan Amanat Penderitaan Rakyat.

Politik Luar Negeri Bebas Aktif bertujuan mempertahankan kebebasan Indonesia terhadap imperialis dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya dan menegakkan ke tiga segi kerangka tujuan Revolusi, yaitu :

1)      Pembentukan satu Negara Republik Indonesia yang berbentuk Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan yang demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke.

2)      Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur material dan spiritual dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu.

3)      Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, terutama sekali dengan negara-negara Afrika dan Asia atas dasar bekerjasama membentuk satu dunia baru yang bersih dari imperialisme dan kolonialisme menuju kepada perdamaian dunia yang sempurna.

Kemudian secara berturut-turut penegasan politik luar negeri yang bebas-aktif oleh Majelis Permus-yawaratan Rakyat selalu dipertegas dalam setiap kali menyelenggarakan sidang umum, baik Sidang Umum 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, 1998 maupun dalam Sidang Umum MPR 1999. Penegasan politik Luar Ne-geri Bebas-Aktif yang dituangkan di dalam Ketetapan MPR No.IV/MPR/1973 Bab III huruf B Arah Pembangunan Jangka Panjang, di sana ditegaskan : Dalam bidang politik luar negeri yang bebas aktif diusahakan agar Indonesia terus dapat meningkatkan peranannya dalam memberikan sumbangannya untuk turut serta menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil dan sejahtera.

Rumusan tersebut dipertegas lagi pada bab IVD (Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan) huruf c bidang politik. Aparatur Pemerintah, Hukum dan Hubungan Luar Negeri, di mana dalam hal hubungan luar negeri diatur dalam hal-hal sebagai berikut :

1)  Terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan mengabdikannya kepada Kepentingan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi.

2)  Mengambil langkah-langkah untuk memantapkan stabilitas wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya, sehingga memungkinkan negara-negara di wilayah ini mampu mengurus masa depannya sen-diri melalui pengembangan ketahanan nasionalnya masing-masing, serta memperkuat wadah dan kerjasama antara negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.

3)  Mengembangkan kerjasama untuk maksud-maksud damai dengan semua negara dan badan-badan internasional dan lebih meningkatkan peranannya dalam membantu bangsa-bangsa yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya tanpa mengorbankan Kepentingan dan Kedaulatan Nasional.


B. Politik Luar Negeri Bebas Aktif pada Era Reformasi (1998-Sekerang)

Sidang Umum MPR 1999 juga kembali mempertegas politik luar negeri Indonesia. Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

1)      Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas antar negara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.

2)      Dalam melakukan perjanjian dan kerjasama internasional yang menyangkut kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga perwakilan rakyat.

3)      Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di dunia internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara dan kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi kepentingan nasional.

4)      Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan pembangunan nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun internasional dalam rangka stabilitas, kerjasama dan pembangunan kawasan.

5)      Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi perdagangan bebas, terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC dan WTO.

6)      Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara sahabat serta memperlancar prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagian penyelesaian perkara pidana.

7)      Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang berbatasan langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas, pembangunan dan kesejahteraan.

Politik Luar Negeri di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004 – 2009, dalam visi dan misi beliau diantaranya dengan melakukan usaha memantapkan politik luar negeri. Yaitu dengan cara meningkatkan kerjasama internasional dan meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional. Prestasi Indonesia sejak 1 Januari 2007 menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dimana Republik Indonesia dipilih oleh 158 negara anggota PBB. Tugas Republik Indonesia di Dewan Keamanan PBB adalah :

1)      Ketua Komite Sanksi Rwanda

2)      Ketua komite kerja untuk pasukan penjaga perdamaian,

3)      Ketua Komite penjatuhan sanksi untuk Sierra Leone,

4)      Wakil Ketua Komite penyelesaian konflik Sudan,

5)      Wakil Ketua Komite penyelesaian konflik Kongo,

6)      Wakil Kertua Komite penyelesaian konflik Guinea Bissau.

Baru-baru ini Indonesia berani mengambil sikap sebagai satu-satunya negara anggota tidak tetap DK PBB yang bersikap abstain ketika semua negara lainnya memberikan dukungan untuk memberi sanksi pada Iran.

Selain itu Republik Indonesia juga dipercaya dunia untuk duduk sebagai anggota Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB yang bermarkas di Jenewa. Jika tahun lalu untuk masa tugas 1 tahun, maka sekarang Republik Indonesia terpilih untuk periode 3 tahun hingga 2010. Saat itu dalam Sidang Majelis Umum PBB, Republik Indonesia memperoleh dukungan 182 suara diantara 190 negara anggota yang memiliki hak pilih. Hal ini berarti masyarakat internasional menaruh apresiasi yang tinggi terhadap upaya penegakan HAM di Indonesia. Republik Indonesia sendiri akan memanfaatkan masa keanggotaan di Dewan HAM untuk melanjutkan implementasi progresif berbagai komitmen yang telah disampaikan Pemerintah Republik Indonesia sendiri. Kita semua berharap semoga semua menjadi kenyataan.

 

C. Peranan Indonesia dalam Percaturan Internasional

Selain itu Republik Indonesia juga dipercaya dunia untuk duduk sebagai anggota Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB yang bermarkas di Jenewa. Jika tahun lalu untuk masa tugas. Partisipasi aktif Indonesia dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia telah ditunjukkan dengan keikutsertaan dalam setiap Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP) PBB melalui pengiriman Konting kin meningkatnya jumlah OPP PBB, peran serta Indonesia dalam OPP PBB selama beberapa tahun terakhir justru mengalami penurunan. Dalam kaitan ini, dipandang perlu pembentukan suatu Pusat OPP Nasional (National Peacekeeping Center) sebagai suatu mekanisme kerja yang melakukan fungsi koordinatif inter-departemen secara teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan dalam penyelenggaraan pelatihan personel untuk mempersiapkan kontingen militer, polisi dan sipil dalam misi perdamaian PBB. Dan pada November tahun 2006 Indonesia mengirim Konga ke Lebanon. Sampai sekarang kita sudah mengirimkan pasukan Konga XXIII B ke Lebanon

  1. Saat ini Indonesia menjadi anggota di lebih dari 170 organisasi internasional. Jumlah kewajiban kontribusi Pemerintah RI sehubungan dengan partisipasinya dalam keanggotaan pada organisasi internasional untuk tahun 2004 adalah sebesar + Rp. 140 milyar.
  2. Dalam memberikan perlindungan dan bantuan hukum khususnya kepada TKI, selama tahun 2004 Pemerintah telah mengadakan serangkaian perundingan untuk mewujudkan MoU, antara lain: antara RI dan Uni Emirat Arab (UAE) mengenai Penempatan TKI ke UAE yang menegaskan hak dan kewajiban TKI dan pengguna jasa; RI dan Malaysia mengenai Penempatan TKI di Sektor Formal ke Malaysia yang didasari oleh keinginan untuk menertibkan penempatan dan perlindungan TKI sektor formal di luar negeri; serta RI dan Korea Selatan tentang pengiriman TKI ke Korea Selatan yang mengatur proses rekrutmen, pengiriman dan pemulangan TKI.

Dalam rangka mewujudkan politik luar negeri yang bebas dan aktif itulah, maka Indonesia memainkan sejumlah peran dalam percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang dimainkan oleh Indonesia adalah dalam rangka membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai sekarang ini Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke duapuluh tiga (XXIII).

Secara garis besar kontingen garuda yang telah dikirim ke luar negeri secara berturut-turut adalah :

1)      Konga I bertugas di Mesir, yang dikirim pada bulan Nopember l956, dengan tugas mengamankan dan mengawasi genjatan senjata di Mesir.

2)      Konga II dikirim pada bulan September l960 yang bertugas di Kongo. Tugas ini diembannya sampai bulan Mei l961.

3)      Konga III dikirim ke Kongo pada bulan Desember l963 sampai Agustus l964.

4)      Konga IV, Konga V dan Konga VII di kirim ke Vietnam, dan bertugas mulai bulan Januari l974.

5)      Konga VI, dikirim ke Sinai, Mesir, bertugas dari bulan Agustus l973 sampai April l974.

6)      Konga VIII, ke Sinai, Mesir, pada bulan September l974.

7)      Konga IX, ke Irak-Iran, pada bulan Agustus l988 sampai bulan Nopember l990.

8)      Konga X, ke Namibia, pada bulan Juni l989 sampai Maret l990.

9)      Konga XI, ke perbatasan Irak-Kuwait, pada bulan April l991 sampai Nopember l991.

10)  Konga XII, ke Kamboja, pada bulan Oktober l991 sampai Mei l993.

11)  Konga XIII, ke Somalia, pada bulan Juli l992 sampai April l993.

12)  Konga XIV, ke Bosnia Herzegovina, bulan Nopember l993 sampai Nopember l995.

13)  Konga XV, ke Georgia, bulan Oktober l994 sampai Nopember l995.

14)  Konga XVI, ke Mozambik, tahun l994.

15)  Konga XVII, ke Philipina, Oktober l994 sampai Nopember l994.

16)  Konga XVIII, ke Tajikistan, Nopember l997.

17)  Konga XIX, yang terdiri atas XIX-1, XIX-2, XIX-3 dan XIX-4, bertugas di Siera Leone, mulai l999 sampai 2002.

18)  Konga XX, bertugas di Republik Demokratik Kongo, tahun 2005.

19)  Konga XXI-XXIII , bertugas di Lebanon, 2006- sampai sekarang.

Selain pengiriman Kontingen Garuda, Indonesia juga mempunyai sumbangan yang cukup berarti bagi penyelesaian sengketa yang terjadi di Kamboja, dengan menyelenggarakan Pertemuan Informal Jakarta (Jakarta Informal Meeting) I dan II. Indonesia juga menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, menjadi anggota Badan Tenaga Atom Internasional. Salah seorang putra terbaik Indonesia juga pernah memegang jabatan Presiden Majelis Umum PBB yaitu Adam Malik tahun 1971.

Indonesia juga menjadi sponsor dan sekaligus tuan rumah diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun l955; menjadi salah satu sponsor lahirnya Gerakan Non Blok, juga sponsor lahirnya organisasi regional Asia Tenggara “ASEAN” 8 Agustus 1967di Bangkok, Thailand.

Apa yang diraikan adalah sejumlah contoh yang menggambarkan bagaimana peranan Indonesia di dalam percaturan internasional.

 

D. Pengaruh Globalisasi Terhadap Demokratisasi Sistem Politik Indonesia : Demokratisasi Sistem Politik Luar Negeri Indonesia

Umumnya pembahasan mengenai demokratisasi lebih banyak menekankan pada faktor-faktor domestik yang diduga akan menjadi faktor pendukung ataupun penghambat proses demokratisasi. Keumuman ini terjadi karena beberapa alasan. Diantaranya adalah bahwa aktor-aktor politik dalam proses demokratisasi senantiasa berkonsentrasi untuk usaha-usaha mengkonsolidasi kekuasaannya masing-masing. Karena itu, proses-proses politik di masa transisi cenderung bersifat inward-looking. Selain itu, kuatnya kecenderungan untuk menganalisis proses demokratisasi melalui lensa dinamika politik domestik juga terjadi karena adanya anggapan bahwa pada akhirnya aktor-aktor politik domestiklah yang akan menentukan tindakan politik apa yang akan diambil.

Akan tetapi, situasi ketidakpastian yang melingkupi setiap proses transisi politik sebetulnya membuat sebuah negara yang sedang menjalani demokratisasi sangat mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Pengaruh internasional dari sebuah proses demokratisasi bisa terjadi dalam beberapa bentuk: contagion, control, consent dan conditionality. Contagion terjadi ketika demokratisasi di sebuah negara mendorong gelombang demokratisasi di negara lain. Proses demokratisasi di negara-negara Eropa Timur setelah Perang Dingin usai dan juga gelombang demokratisasi di negara-negara Amerika Latin pada tahun 1970-an merupakan contoh signifikan.

Mekanisme control terjadi ketika sebuah pihak di luar negara berusaha menerapkan demokrasi di negara tersebut. Misalnya Doktrin Truman 1947 mengharuskan Yunani untuk memenuhi beberapa kondisi untuk mendapatkan status sebagai ‘negara demokrasi’ dan karenanya berhak menerima bantuan anti komunisme dari Amerika Serikat.

Bentuk ketiga, consent, terjadi ketika ekspektasi terhadap demokrasi muncul dari dalam negara sendiri karena warga negaranya melihat bahwa sistem politik yang lebih baik, seperti yang berjalan di negara demokrasi lain yang telah mapan, akan bisa juga dicapai oleh negara tersebut. Dengan kata lain, pengaruh internasional datang sebagai sebuah inspirasi yang kuat bagi warga negara di dalam negara itu. Kasus yang paling sering disebut dalam hubungannya dengan hal ini adalah reunifikasi Jerman Timur dengan Jerman Barat. Bentuk keempat dari dimensi internasional dalam proses demokratisasi adalah conditionality, yaitu tindakan yang dilakukan organisasi internasional yang memberi kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi negara penerima bantuan.

Keempat bentuk di atas menggambarkan proses outside-in, dimana dorongan demokratisasi datang dari luar batas sebuah negara. Proses lain yang mungkin terjadi adalah proses inside-out, yaitu proses dimana negara yang tengah mengalami proses demokratisasi menggunakan diplomasi dan politik luar negeri untuk mengkonsolidasikan demokrasinya. Dalam studinya mengenai bagaimana negara-negara demokrasi baru menggunakan politik luar negerinya, Alison Stanger menemukan bahwa proses transisi bisa dipertahankan arahnya ketika negara-negara demokrasi baru ‘membawa dirinya lebih dekat kepada negara-negara demokrasi yang lebih mapan.

Dua alasan bisa dikemukakan untuk menjelaskan hal ini. Pertama, politik luar negeri bisa digunakan sebagai alat untuk menjaga jarak atau membedakan diri dari rezim autoritarian yang digantikannya. Kedua, sebagai konsekuensi dari alasan pertama, prospek bagi kerjasama internasional, terutama dengan negara-negara yang mapan demokrasinya akan semakin baik dan pada akhirnya memberi kontribusi positif bagi proses konsolidasi internal.

 

E. Diplomasi dan Politik Luar Negeri Indonesia di Masa Transisi Demokrasi

a. Masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie

Indonesia yang tengah meniti jalan menuju demokrasi mengalami kedua aspek outside-in dan inside-outseperti dipaparkan diatas. Sampai derajat tertentu misalnya, conditionality yang diterapkan IMF berkenaan dengan bantuan keuangan pada masa krisis ekonomi berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap perjalanan demokratisasi di Indonesia.

Dalam kaitannya dengan konteks inside-out, politik luar negeri Indonesia sejak kejatuhan pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 tidak dapat dilepaskan dari perubahan politik secara masif yang mengikuti kejatuhan pemerintahan otoritarian tersebut. Pemerintahan Habibie, yang menggantikan Suharto, merupakan salah satu contoh tepat untuk menggambarkan pertautan antara proses demokratisasi dan kebijakan luar negeri dari sebuah pemerintahan di masa transisi.

Di awal masa pemerintahannya, Habibie menghadapi persoalan legitimasi yang cukup serius. Akan tetapi, Habibie berusaha mendapatkan dukungan internasional melalui beragam cara. Diantaranya, pemerintahan Habibie menghasilkan dua Undang-Undang (UU) yang berkaitan dengan perlindungan atas hak asasi manusia. Pertama adalah UU no.5/1998 mengenai Pengesahan Convention against Torture and other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment dan UU no.29/1999 mengenai Pengesahan Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965. Selain itu, pemerintahan Habibie pun berhasil mendorong ratifikasi empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak pekerja. Pembentukan Komnas Perempuan juga dilakukan pada masa pemerintahan Habibie yang pendek tersebut.

Dengan catatan positif atas beberapa kebijakan dalam bidang HAM yang menjadi perhatian masyarakat internasional ini, Habibie berhasil memperoleh legitimasi yang lebih besar dari masyarakat internasional untuk mengkompensasi minimnya legitimasi dari kalangan domestik. Hubungan Habibie dengan lembaga International Monetary Fund (IMF) dapat dijadikan ilustrasi yang menarik dalam hal ini. Sebelumnya, IMF mendesak Suharto untuk menghentikan proyek pembuatan pesawat Habibie yang berbiaya tinggi pada bulan Januari 1998, tepat ketika suhu politik dan keberlangsungan pemerintahan Suharto sedang dipertanyakan. Akan tetapi, belakangan ketika ia berkuasa, Habibie mendapatkan kembali kepercayaan dari dua institusi penting yaitu IMF sendiri dan Bank Dunia. Kedua lembaga tersebut memutuskan untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 milyar dolar dan bahkan menawarkan tambahan bantuan sebesar 14 milyar dolar.

Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun basis legitimasi dari kalangan domestik tidak terlampau kuat, dukungan internasional yang diperoleh melalui serangkaian kebijakan untuk memberi image positif kepada dunia internasional memberi kontribusi positif bagi keberlangsungan pemerintahan Habibie saat periode transisi menuju demokrasi dimulai.

Pemerintahan Habibie pula yang memberi pelajaran penting bahwa kebijakan luar negeri, sebaliknya, juga dapat memberi dampak negatif bagi kelangsungan pemerintahan transisi. Kebijakan Habibie dalam persoalan Timor-Timur menunjukan hal ini dengan jelas. Habibie mengeluarkan pernyataan pertama mengenai isu Timor Timur pada bulan Juni 1998 dimana ia mengajukan tawaran untuk pemberlakuan otonomi seluas-luasnya untuk provinsi Timor Timur. Proposal ini, oleh masyarakat internasional, dilihat sebagai pendekatan baru.

Di akhir 1998, Habibie mengeluarkan kebijakan yang jauh lebih radikal dengan menyatakan bahwa Indonesia akan memberi opsi referendum untuk mencapai solusi final atas masalah Timor Timur.

Beberapa pihak meyakini bahwa keputusan radikal itu merupakan akibat dari surat yang dikirim Perdana Menteri Australia John Howard pada bulan Desember 1998 kepada Habibie yang menyebabkan Habibie meninggalkan opsi otonomi luas dan memberi jalan bagi referendum. Akan tetapi, pihak Australia menegaskan bahwa surat tersebut hanya berisi dorongan agar Indonesia mengakui hak menentukan nasib sendiri (right of self-determination) bagi masyarakat Timor Timur. Namun, Australia menyarankan bahwa hal tersebut dijalankan sebagaimana yang dilakukan di Kaledonia Baru dimana referendum baru dijalankan setelah dilaksanakannya otonomi luas selama beberapa tahun lamanya. Karena itu, keputusan berpindah dari opsi otonomi luas ke referendum merupakan keputusan pemerintahan Habibie sendiri.

Aksi kekerasan yang terjadi sebelum dan setelah referendum kemudian memojokkan pemerintahan Habibie. Legitimasi domestiknya semakin tergerus karena beberapa hal. Pertama, Habibie dianggap tidak mempunyai hak konstitusional untuk memberi opsi referendum di Timor Timur karena ia dianggap sebagai presiden transisional. Kedua, kebijakan Habibie dalam isu Timor Timur merusakan hubungan saling ketergantungan antara dirinya dan Jenderal Wiranto, panglima TNI pada masa itu.

Habibie kehilangan legitimasi baik dimata masyarakat internasional maupun domestik. Di mata internasional, ia dinilai gagal mengontrol TNI, yang dalam pernyataan-pernyataannya mendukung langkah presiden Habibie menawarkan refendum, namun di lapangan mendukung milisi pro integrasi yang berujung pada tindakan kekerasan di Timor Timur setelah referendum.

Di mata publik domestik, Habibie juga harus menghadapi menguatnya sentimen nasionalis, terutama ketika akhirnya pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia masuk ke Timor Timur. Sebagai akibatnya, peluang Habibie untuk memenangi pemilihan presiden pada bulan September 1999 hilang. Sebaliknya, citra TNI sebagai penjaga kedaulatan territorial kembali menguat. Padahal sebelumnya peran politik TNI menjadi sasaran kritik kekuatan pro demokrasi segera setelah jatuhnya Suharto pada bulan Mei 1998.

 

b. Masa Pemerintahan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid

Hubungan sipil militer merupakan salah satu isu utama dalam perjalanan transisi menuju demokrasi di Indonesia. Dinamika hubungan sipil militer ini terutama terlihat dalam isu separatisme, baik di Aceh maupun Papua. Isu Timor Timur seperti di uraikan diatas juga menjadi contoh penting yang memperlihatkan keterkaitan antara faktor domestik (hubungan sipil militer) dan faktor eksternal (diplomasi dan politik luar negeri).

Bila dalam periode Habibie terjadi hubungan saling ketergantungan antara pemerintahan Habibie dengan TNI, pada masa Abdurrahman Wahid terjadi power struggle yang intensif antara presiden Wahid dengan TNI sebagai akibat dari usahanya untuk menerapkan kontrol sipil atas militer yang subyektif sifatnya.

Entry point yang digunakan oleh presiden Wahid adalah persoalan Timor Timur. Komisi khusus yang dibentuk oleh PBB menyimpulkan bahwa kerusuhan di Timor Timur setelah referendum 1999 direncanakan secara sistematis. Lebih jauh Komisi tersebut menyatakan dengan jelas bahwa TNI dan milisi pro integrasi merupakan dua pihak yang harus bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut.

Dengan laporan sedemikian, sangat mungkin sekjen PBB akan memberi rekomendasi pada Dewan Keamanan untuk membentuk pengadilan internasional untuk mengadili pejabat TNI yang dinilai bertanggung jawab, termasuk Wiranto. Pada saat yang hampir bersamaan, KPP HAM yang dibentuk presiden Wahid untuk menginvestigasi peristiwa di Timor Timur pasca referendum juga melaporkan temuannya bahwa TNI dan milisi melakukan pelanggaran HAM serius di Timor Timur dan merekomendasikan Jaksa Agung untuk memeriksa anggota TNI yang terlibat, termasuk Wiranto.

Menyikapi laporan ini, Wahid menyatakan dari Davos saat ia menghadiri World Economic Forum bahwa ia akan meminta Wiranto mundur dari jabatan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam kabinetnya. Wiranto menyatakan penolakannya untuk mundur dari kabinet dan akibatnya memunculkan spekulasi kemungkinan kudeta oleh TNI.

Spekulasi ini antara lain muncul karena sebelumnya duta besar Amerika Serikat untuk PBB Richard Holbrook mengungkapkan kekhawatiran pemerintah AS bahwa TNI tidak mendukung investigasi atas kasus pelanggaran di Timor Timur dan bahkan mempersiapkan pengambil alihan kekuasaan. Untuk menolak kecurigaan ini, para kepala staff dari semua angkatan memberi pernyataan bahwa TNI tidak memiliki rencana untuk menjatuhkan pemerintahan Wahid. Bahkan Panglima Daerah Militer Jakarta ketika itu, Mayor Jenderal Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa TNI tetap loyal kepada presiden Wahid sebagai panglima tertinggi. Bahkan ia memberi pernyataan menarik yaitu:

TNI could have toppled the government of former President Habibie over the East Timor issue. We were able to stage a coup at that time out of our deep sorrow that the president wanted to let go of East Timor at the expense of our sacrifice to keep the territory of Indonesia for years.

Pada akhirnya, keputusan untuk memberhentikan Wiranto mendapat dukungan penting dari ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Amien Rais dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Akbar Tanjung. Patut diingat bahwa presiden Wahid secara terus menerus menggunakan kredibilitasnya di dunia internasional sebagai tokoh pro-demokrasi untuk mendapatkan dukungan atas berbagai kebijakannya mengenai TNI ataupun penanganan kasus separatisme yang melibatkan TNI. Keputusan pemberhentian Wiranto, misalnya, diungkapkan kepada publik ketika Sekjen PBB Kofi Annan berada di Jakarta. Bahkan dalam konferensi persnya di istana presiden setelah bertemu Wahid, Kofi Annan menyatakan bahwa ‘the decision [onWiranto] has proven that Indonesia had taken on responsibility to ensure that those responsible for the atrocities in East Timor would be made accountable’.

Dalam setiap kunjungan luar negeri yang ekstensif selama masa pemerintahannya yang singkat, Abdurrahman Wahid secara konstan mengangkat isu-isu domestik dalam pertemuannya dengan setiap kepala negara yang dikunjunginya. Termasuk dalam hal ini, selain isu Timor Timur, adalah soal integritas teritorial Indonesia seperti dalam kasus Aceh dan isu perbaikan ekonomi.

 

c. Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri

Seperti pendahulunya Abdurrahman Wahid, Megawati juga secara ekstensif melakukan kunjungan ke luar negeri. Sebagai presiden, Megawati antara lain mengunjungi Rusia, Jepang, Malaysia, New York untuk berpidato di depan Majelis Umum PBB, Rumania, Polandia, Hungaria, Bangladesh, Mongolia, Vietnam, Tunisia, Libya, Cina dan juga Pakistan. Presiden Megawati menuai kritik dalam berbagai kunjungannya tersebut, baik mengenai frekuensi ataupun substansi dari berbagai lawatan tersebut. Diantaranya adalah kontroversi pembelian pesawat tempur Sukhoi dan helikpoter dari Rusia yang merupakan buah dari kunjungan Megawati ke Moskow.

Selain berbagai kunjungan formal tersebut, politik luar negeri Indonesia selama masa pemerintahan Megawati juga dipengaruhi beragam peristiwa nasional maupun internasional. Peristiwa serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat, pemboman di Bali 2002 dan hotel JW Marriott di Jakarta tahun 2003, penyerangan ke Irak yang dipimpin Amerika Serikat dan Ingrris dan juga operasi militer di Aceh untuk menghadapi GAM merupakan beberapa variabel yang mewarnai dinamika internal dan eksternal Indonesia.

ariabel tersebut membawa persoalan turunan yang rumit. Misalnya, perang melawan terorisme di satu sisi mengharuskan Indonesia untuk membuka diri dalam kerjasama internasional. Di sisi lain, peristiwa ini juga menjadi isu besar mengenai perlindungan terhadap kebebasan sipil di tengah proses demokratisasi, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa negara akan mendapatkan momentum untuk mengembalikan prinsip security approach di dalam negeri.

Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa diplomasi Indonesia kembali menjadi aktif pada masa pemerintahan Megawati. Dalam pengertian bahwa pelaksanaan diplomasi di masa pemerintahan Megawati kembali ditopang oleh struktur yang memadai dan substansi yang cukup. Di masa pemerintahan Megawati, Departemen Luar Negeri (Deplu) sebagai ujung tombak diplomasi Indonesia telah melakukan restrukturisasi yang ditujukan untuk mendekatkan faktor internasional dan faktor domestik dalam mengelola diplomasi. Artinya, Deplu memahami bahwa diplomasi tidak lagi hanya dipahami dalam kerangka memproyeksikan kepentingan nasional Indonesia keluar, tetapi juga kemampuan untuk mengkomunikasikan perkembangan dunia luar ke dalam negeri.

Restrukturisasi ini sangat tepat waktu mengingat perubahan global terjadi begitu cepat, terutama setelah peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat. Perubahan cepat ini memaksa setiap negara untuk mampu beradaptasi dan mengelola arus perubahan tersebut.

 

  1. F. Demokrasi dan Politik Luar Negeri di Masa Transisi: Mencari Benang Merah

Tidak bisa ditolak bahwa demokratisasi dan perubahan politik mendalam terus berlangsung di semua aspek sosial politik di Indonesia. Perubahan tersebut bahkan menyentuh bidang diplomasi dan politik luar negeri yang selama ini dianggap murni merupakan kewenangan penuh pihak eksekutif. Di masa pemerintahan Orde Baru yang otoritarian, konsultasi antara pemerintah dengan DPR dan kalangan publik mengenai kebijakan luar negeri dan diplomasi hanya terjadi dalam level yang sangat minimal. Karena itu, perumusan kebijakan diplomasi dan politik luar negeri yang melibatkan semakin banyak aktor akan membuka kemungkinan bahwa setiap kebijakan dalam dua bidang tersebut akan merepresentasikan kepentingan nasional secara lebih luas.

Sementara itu, kritik terhadap politik luar negeri sebuah pemerintahan transisi, sebagaimana dialami ketiga pemerintahan yang diuraikan diatas, adalah hal yang umum terjadi. Seperti ditulis Neil Malcom dan Alex Pravda dalam bukunya Democratization and Russian Foreign Policy (1999), partai oposisi selalu menjadikan politik luar negeri sebagai target karena ia merupakan arena terbuka yang proses perumusannya dilihat sebagai monopoli pemerintah yang berkuasa. Akibatnya, mudah diidentifikasi kekuatan atau kelemahan politisnya.

Sementara itu, realitas kontemporer kita yang merupakan buah dari proses demokratisasi memperlihatkan bahwa sentra kekuasaan telah mengalami diversifikasi. Konsekuensinya, terjadi perubahan dalam berbagai proses pengambilan keputusan, termasuk dalam bidang politik luar negeri. Berkaitan dengan hal ini, adalah penting bagi Deplu untuk menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya instrumen diplomasi. Karena, input-input untuk sebuah kebijakan menjadi amat beragam, baik isi ataupun sumbernya.

Sebagai contoh, berseberangannya pendapat antara pihak pemerintah dan beberapa pihak di DPR dalam negosiasi masalah Aceh dengan GAM merupakan fenomena sehat dalam bidang diplomasi sebuah negara yang demokratis. Robert Putnam (1993) menyebutnya sebagai’double-edged diplomacy’[21], yaitu adanya keharusan mereka yang terlibat dalam proses diplomasi untuk menyadari bahwa diplomasi selalu memiliki dua dimensi: dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, langkah diplomasi dan kebijakan luar negeri secara imperatif harus mendapatkan persetujuan sebanyak mungkin aktor politik, salah satunya adalah pihak legislatif.

Akan tetapi, pada saat yang sama, aktor-aktor politik di dalam negeri juga harus menyadari bahwa dalam bidang diplomasi dan politik luar negeri, setiap kebijakan juga penting untuk selalu memperhatikan harapan atas peran yang dinantikan dari negara tersebut oleh negara-negara lain, baik dalam konteks regional ataupun global.

Indonesia, pada level ASEAN, berkali-kali menjalankan peran sebagai pihak yang mencoba menjembatani konflik di kawasan Asia Tenggara. Indonesia aktif membantu mencari solusi damai dalam persoalan Spratly Island di Laut Cina Selatan yang diklaim oleh beberapa negara ASEAN dan luar ASEAN, aktif membantu penyelesaian konflik Kamboja, dan juga dalam isu domestik di Filipina Selatan.

Peran tradisional ini kembali dimunculkan ketika Indonesia mengajukan konsep pembentukan ASEAN Security Community (ASC). Fakta bahwa proposal ASC datang dari Indonesia memperlihatkan bahwa politik luar negeri Indonesia merupakan refleksi atas perubahan politik dalam negeri menuju kearah yang lebih demokratis. Masyarakat demokratis adalah masyarakat yang selalu menempatkan penyelesaian konflik dengan cara damai sebagai pilihan utama.

ASC merupakan refleksi yang menempatkan diplomasi sebagai first-linerpertahanan negara di masa damai. ASC yang digagas Indonesia tersebut bertujuan membentuk sebuah masyarakat Asia Tenggara yang bersepakat untuk menjauhi penggunaan kekerasan atau instrumen militer dalam menyelesaikan konflik. Karena itu, apabila Indonesia tidak mampu secara konsisten menempuh jalan damai untuk menyelesaikan persoalan di Aceh, bukan tidak mungkin Indonesia akan terjebak dalam praktek standar ganda, yakni selalu mendorong penyelesaian damai dalam persoalan yang dialami negara tetangga, namun menempuh cara kekerasan dalam menghadapi persoalan dalam negeri sendiri. Praktek standar ganda semacam ini yang akan memberi citra buruk di luar negeri.

Karena itu, aktor-aktor politik di luar Deplu harus menerima informasi yang cukup dan perlu memahami bahwa situasi damai dan stabil di kawasan Asia Tenggara sepenuhnya bersesuaian dengan kepentingan Indonesia. Situasi damai dan stabil hanya akan dicapai apabila penyelesaian konflik secara damai, tanpa kekerasan, telah disepakati menjadi norma bersama. Dan Indonesia telah menunjukan diri sebagai penganjur penyelesaian damai dalam berbagai konflik di kawasan Asia Tenggara sebagaimana dicontohkan di atas.

Pencitraan diri sebagai negara demokratis di luar negeri akan menjadi dorongan untuk pencitraan diri sebagai negara demokratis di dalam negeri. Pengalaman transisi demokrasi di negara-negara Eropa Timur seperti Hongaria dan Polandia memperlihatkan bahwa pencitraan diri sebagai negara demokratis melalui politik luar negeri dapat memberi dorongan substansial bagi proses konsolidasi di dalam negeri.

Preseden baik telah dicapai dalam sikap Indonesia saat menolak aksi unilateralisme dalam isu Irak. Sikap Indonesia dalam forum internasional konsisten dengan sikap sebagian besar masyarakat Indonesia yang menolak perang. Bahkan melalui diplomasi publiknya, Deplu bersama-sama elemen masyarakat dan tokoh agama aktif mengkampanyekan suara anti perang dan memilih prinsip multilateralisme. Dalam isu Irak tersebut semakin terlihat bahwa suara publik kian menjadi elemen penting dalam politik luar negeri Indonesia.

 

Wejangan dari Aksara Jawa

Oleh : BRM Panji Anom Resiningrum

 

Huruf atau carakan Jawa yakni ha na ca ra ka dan seterusnya merupakan sabda pangandikanipun) dari Tuhan YME di tanah Jawa.

 

A. Pembukaan Huruf Jawa

 

1. Huruf Ha

 

Berarti ‘hidup’, atau huruf berarti juga ada hidup, sebab memang hidup itu ada, karena ada yang menghidupi atau yang memberi hidup, hidup itu adalah sendirian dalam arti abadi atau langgeng tidak terkena kematian dalam menghadapi segala keadaan. Hidup tersebut terdiri atas 4 unsur yaitu:

a. Api

b. Angin

c. Bumi

d. Air

 

 

2. Huruf Na

 

Berari ‘nur’ atau cahaya, yakni cahaya dari Tuhan YME dan terletak pada sifat manusia.

 

 

3. Huruf Ca

 

Berarti ‘cahaya’, artinya cahaya di sini memang sama dengan cahaya yang telah disebutkan di atas. Yakni salah satu sifat Tuhan yang ada pada manusia. Kita telah mengetahui pula akan sifat Tuhan dan sifat-sifat tersebut ada pada yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia karena memang Tuhan pun menghendaki agar manusia itu mempunyai sifat baik.

 

 

4. Huruf Ra

 

Berarti ‘roh’, yaitu roh Tuhan yang ada pada diri manusia.

 

 

5. Huruf Ka

 

Berarti ‘berkumpul’, yakni berkumpulnya Tuhan YMEyang juga terletak pada sifat manusia.

 

 

6. Huruf Da

 

Berarti ‘zat’, ialah zatnya Tuhan YME yang terletak pada sifat manusia.

 

 

7. Huruf Ta

 

Berarti ‘tes’ atau tetes, yaitu tetes Tuhan YME yang berada pada manusia.

 

 

8. Huruf Sa

 

Berarti ‘satu’. Dalam hal ini huruf sa tersebut telah nyata menunjukkan bahwa Tuhan YME yaitu satu, jadi tidak ada yang dapat menyamai Tuhan.

 

 

9. Huruf Wa

 

Berarti ‘wujud’ atau bentuk, dalam arti ini menyatakan bahwa wujud atau bentuk Tuhan itu ada dalam manusia yang setelah bertapa kurang lebih 9 bulan dalam gua garba ibu lalu dilahirkan dalam wujud diri.

 

 

10. Huruf La

 

Berarti ‘langgeng’ atau ‘abadi’, la yang mengandung arti langgeng ini juga nyata menunjukkan bahwa hanya Tuhan YME sendirian yang langgeng di dunia ini, berarti abadi pula untuk selama-lamanya.

 

 

11. Huruf Pa

 

Berarti ‘papan’ atau ‘tempat’, yaitu papan Tuhan YME-lah yang memenuhi alam jagad raya ini, jagad gede juga jagad kecil (manusia).

 

 

12. Huruf Dha

 

Berarti dhawuh, yiatu perintah-perintah Tuhan YME inilah yang terletak dalam diri dan besarnya Adam, manusia yang utama.

 

 

13. Huruf Ja

 

Berarti ‘jasad’ atau ‘badan’. Jasad Tuhan YME itu terletak pada sifat manusia yang utama.

 

 

14. Huruf Ya

 

Berarti ‘dawuh’. Dawuh di sini mempunyai lain arti dengan dhawuh di atas, karena dawuh berarti selalu menyaksikan kehendak manusia baik yang berbuat jelek maupun yang bertindak baik yang selalu menggunakan kata-katanya “Ya”.

 

 

15. Huruf Nya

 

Berarti ‘pasrah’ atau ‘menyerahkan’. Jelasnya Tuhan YME dengan ikhlas menyerahkan semua yang telah tersedia di dunia ini.

 

 

16. Huruf Ma

 

Berarti ‘marga’ atau ‘jalan’. Tuhan YME telah memberikan jalan kepada manusia yang berbuat jelek dan baik.

 

 

17. Huruf Ga

 

Berarti ‘gaib’, gaib dari Tuhan YME inilah yang terletak pada sifat manusia.

 

 

18. Huruf Ba

 

Berarti ‘babar’, yaitu kabarnya manusia dari gaibnya Tuhan YME.

 

 

19. Huruf Tha

 

Berarti ‘thukul’ atau ‘tumbuh’. Tumbuh atau adanya gaib adalah dari kehendak Tuhna YME. Dapat pula dikatakan gaib adalah jalan jauh tanpa batas, dekat tetapi tidak dapat disentuh, seperti halnya cahaya terang tetapi tidak dapat diraba atau pun disentuh, dan harus diakui bahwa besarnya gaib itu adalah seperti debu atau terpandang. Demikianlah gaibnya Tuhan YME itu (micro binubut).

 

 

20. Huruf Nga

 

Berarti ‘ngalam’, ‘yang bersinar terang’, atau terang/gaib Tuhan YME yang mengadakan sinar terang.

 

Demikianlah huruf Jawa yang 20 itu dan ternyata dapat digunakan sebagai lambang dan dapat diartikan sesuai dengan sifat Tuhan sendiri, karena memang seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Jawa yang menggunakan huruf Jawa itupun merupakan sabda dari Tuhan YME.

 

 

Huruf atau carakan Jawa yakni ha na ca ra ka dan seterusnya merupakan sabda pangandikanipun) dari Tuhan YME di tanah Jawa.

 

 

B. Penyatuan Huruf atau Aksara Jawa 20

 

 

1. Huruf Ha + Nga

 

Hanga berarti angan-angan.

 

 

Dimaksudkan dengan angan-angan ini ialah panca indra yaitu lima indra, seperti:

 

1. Angan-angan yang terletak di ubun-ubun (kepala) yang menyimpan otak untuk memikir akan keseluruhan keadaan.

 

2. Angan-angan mata yang digunakan untuk melihat segala keadaan.

 

3. Angan-angan telinga yang dipakai untuk mendengar keseluruhan keadaan.

 

4. Angan-angan hidung untuk mencium/membau seluruh keadaan.

 

5. Angan-angan mulut yang digunakan untuk merasakan dan mengunyah makanan.

 

 

2. Huruf Na + Ta

 

Noto, berarti ‘nutuk’.

 

 

3. Huruf Ca + Ba

 

Caba, berarti coblong (lobang) dan kata tersebut di atas berarti wadah atau tampat yang dimilki oleh lelaki atau wanita saat menjalin rasa menjadi satu; adanya perkataan kun berarti pernyataan yang dikeluarkan oleh pria dan wanita dalam bentuk kata ya dan ayo dan kedua kata tersebut mempunyai persamaan arti dan kehendak yaitu mau.

 

 

4. Huruf Ra + Ga

 

Raga, berarti ‘badan awak/diri’. Kata raga atau ragangan merupakan juga kerangka dan kehendak pria dan wanita ketika menjalin rasa menjadi satu karena bersama-sama menghendaki untuk menciptakan raga atau diri agar supaya dapat terlaksana untuk mendapatkan anak.

 

 

5. Huruf Ka + Ma

 

Kama, berarti ‘komo’ atau biji, bibit, benih. Setiap manusia baik laki-laki atau wanita pastilah mengandung benih untuk kelangsungan hidup; oleh karena itu di dalam kata raga seperti terurai di atas merupakan kehendak pria dan wanita untuk menjalin rasa menjadi satu. Karena itulah maka kata raga telah menunjukkan adanya kedua benih yang akan disatukan dengan melewati raga, dan dengan penyatuan kama dari kedua belah pihak itu maka kelangsungan hidup akan dapat tercapai.

 

 

6. Huruf Da + Nya

 

Danya atau donya atau dunia.

 

Persatuan kedua benih atau kama tadi mengakibatkan kelahiran, dan kelahiran ini merupakan calon keturunan di dunia atau (alam) donya; dengan demikian dapat dipahami kalau atas kehendak Tuhan YME maka diturunkanlah ke alam dunia ini benih-benih manusia dari Kahyangan dengan melewati penyatuan rasa kedua jenis manusia.

 

 

7. Huruf Ta + Ya

 

Taya atau toya, yaitu ari atau banyu. Kelahiran manusia (jabang bayi) diawali dengan keluarnya air (kawah) pun pula kelahiran bayi tersebut juga dijemput dengan air (untuk membersihkan, memandikan dsb); karena itulah air tersebut berumur lebih tua dari dirinya sendiri disebut juga mutmainah atau sukma yang sedang mengembara dan mempunyai watak suci dan adil.

 

 

8. Huruf Sa + Ja

 

Saja atau siji atau satu. Pada umumnya kelahiran manusia (bayi) itu hanya satu, andaikata jadi kelahiran kembar maka itulah kehendak Tuhan YME. Dan kelahiran satu tersebut menunjukkan adanya kata saja atau siji atau satu.

 

 

9. Huruf Wa + Da

 

Wada atau wadah atau tempat. Berbicara tentang wadah atau tempat, sudah seharusnya membicarakan tentang isi pula, karena kedua hal tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian timbul pertanyaan mengenai wadah dan isi, siapakah yang ada terlebih dahulu.

Pada umumnya dikatakan kalau wadah harus diadakan terlebih dahulu, baru kemudian isi, sebenarnya hal ini adalah kurang benar. Yang diciptakan terlebih dahulu adalah isi, dan karena isi tersebut membutuhkan tempat penyimpanan, maka diciptakan pula wadahnya. Jangan sampai menimbulkan kalimat “Wadah mencari isi” akan tetapi haruslah “Isi mencari wadah” karena memang ‘isi’ diciptakan terlebih dahulu.

 

 

Sebagai contoh dapat diambilkan di sini: rumah, sebab rumah merupakan wadah manusia, dan manusia merupakan isi dari rumah. Jadi jelaslah bahwa sebenarnya isilah yang mencari wadah.

Sebagai bukti dari uraian di atas, dapatlah dijelaskan bahwa: kematian manusia berarti (raga) ditinggalkan isi (hidup). Bagai pendapat yang mengatakan “wadah terlebih dahulu diciptakan” maka mengenai kematian itu seharusnya wadah mengatakan supaya isi jangan meniggalkan terlebih dahulu sebelum wadah mendahului meninggalkan. Hal ini jelas tidak mungkin terjadi, apalagi kalau kematian itu terjadi dalam umur muda dimana kesenangan dan kepuasan hidup tersebut belum dialaminya.

 

 

Demikianlah persoalan wadah ini dengan dunia, karena sebelum dunia ini diciptakan (sebagai wadah) maka yang telah ada adalah (isinya) Tuhan YME. Pendapat lain mengatakan kalau sebelum diadakan jalinan rasa maka keadaan masih kosong (awangawung). Tetapi setelah jalinan rasa dilaksanakan oleh pria dan wanita maka meneteslah benih dan apabila benih tadi mendapatkan wadahnya akan terjadi kelahiran. Sebaliknya kalau wadah tersebut belum ada maka kelahiran pun tidak akan terjadi, yang bearti masih suwung atau kosong. Meskipun begitu, “hidup’ itu tetap telah ada demikian pula “isi’, dan dimanakah letak isi tadi ialah pada ayah dan ibu. Maka selama ayah dan ibu masih ada maka hidup masih dapat membenihkan biji atau bibit.

 

 

10. Huruf La + Pa

 

Lapa atau mati atau lampus. Semua keadaan yang hidup selalu dapat bergerak, keadaan hidup tesebut kalau ditinggal oleh hidup maka disebut dengan mati. Sebenarnya pemikiran demikian itu tidak benar, akan tetapi kesalahan tadi telah dibenarkan sehingga menjadi salah kaprah. Sebab yang dikatakan mati tadi sebenarnya bukanlah kematian sebenarnya, akan tetapi hidup hanyalah meninggalkannya saja yaitu untuk mengembalikan semua ke asalnya, hidup kembali kepada yang menciptakan hidup, karena hidup berasal dari suwung sudah tentu kembali ke suwung atau kosong (awangawung) lagi. Akan tetapi sebenarnya dapatlah dikatakan bahwa suwung itu tetap ada sedangkan raga manusia yang berasal pula dari tanah akan kembali ke tanah (kuburan) pula.

Misteri Gunung Merapi

 

Menyusul hebohnya berita tentang bencana meletusnya gunung merapi yang menewaskan pulhan orang, termasuk sang juru kunci, Mbah Marijan, saya melelui tulisan ini akan mencoba memberikan sedikit ulasan tentang sisi lain gunung merapi… Let’s read it :

GUNUNG Merapi dipercaya sebagai tempat keraton makhluk halus. Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan. Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni oleh makhluk- makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus.

Penduduk di daerah Gunung Merapi mempunyai kepercayaan tentang adanya tempat-tempat angker atau sakral. Tempat angker tersebut dipercayai sebagai tempat-tempat yang telah dijaga oleh mahkluk halus, dimana itu tidak dapat diganggu dan tempat tersebut mempunyai kekuatan gaib yang harus dihormati. Penduduk pantang untuk melakukan kegiatan seperti menebang pohon, merumput dan mengambil ataupun memindahkan benda-benda yang ada di daerah tersebut. Selain pantangan tersebut ada juga pantangan untuk tidak berbicara kotor, kencing atau buang air besar, karena akan mengakibatkan rasa tersinggung makhluk halus yang mendiami daerah itu.

Tempat-tempat yang paling angker di Gunung Merapi adalah kawah Merapi sebagai istana dan pusat keraton makhluk halus Gunung Merapi. Di bawah puncak Gunung Merapi ada daerah batuan dan pasir yang bernama “Pasar Bubrah” yang oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat yang sangat angker. “Pasar Bubrah” tersebut dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Keraton Merapi dan pada batu besar yang berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi makhluk halus.

Bagian dari keraton makhluk halus Merapi yang dianggap angker adalah Gunung Wutoh yang digunakan sebagai pintu gerbang utama Keraton Merapi. Gunung Wutoh dijaga oleh makhluk halus yaitu “Nyai Gadung Melati” yang bertugas melindungi linkungan di daerah gunungnya termasuk tanaman serta hewan.

Selain tempat yang berhubungan langsung dengan Keraton Merapi ada juga tempat lain yang dianggap angker. Daerah sekitar makam Sjech Djumadil Qubro merupakan tempat angker karena makamnya adalah makam untuk nenek moyang penduduk dan itu harus dihormati.

Selanjutnya tempat-tempat lain seperti di hutan, sumber air, petilasan, sungai dan jurang juga dianggap angker. Beberapa hutan yang dianggap angker yaitu “Hutan Patuk Alap-alap” dimana tempat tersebut digunakan untuk tempat penggembalaan ternak milik Keraton Merapi, “Hutan Gamelan dan Bingungan” serta “Hutan Pijen dadn Blumbang”. Bukit Turgo, Plawangan, Telaga putri, Muncar, Goa Jepang, Umbul Temanten, Bebeng, Ringin Putih dan Watu Gajah.

Beberapa jenis binatang keramat tinggal di hutan sekeliling Gunung Merapi dimiliki oleh Eyang Merapi. Binatang hutan, terutama macan putih yang tinggal di hutan Blumbang, pantang ditangkap atau dibunuh. Selanjautnya kuda yang tinggal di hutan Patuk Alap-alap, di sekitar Gunung Wutoh, dan di antara Gunung Selokopo Ngisor dan Gunung Gajah Mungkur adalah dianggap/dipakai oleh rakyat Keraton Makhluk Halus Merapi sebagai binatang tunggangan dan penarik kereta.

Di puncak Merapi ada sebuah Keraton yang mirip dengan keraton Mataram, sehingga di sini ada organisasi sendiri yang mengatur hirarki pemerintahan dengan segala atribut dan aktivitasnya. Keraton Merapi itu menurut kepercayaan masyarakat setempat diperintah oleh kakak beradik yaitu Empu Rama dan Empu Permadi.

Seperti halnya pemerintahan sebagai sebagai Kepala Negara (Empu Rama dan Empu Permadi) melimpahkan kekuasaannya kepada Kyai Sapu Jagad yang bertugas mengatur keadaan alam Gunung Merapi. Berikutnya ada juga Nyai Gadung Melati, tokoh ini bertugas memelihara kehijauan tanaman Merapi. Ada Kartadimeja yang bertugas memelihara ternak keraton dan sebagai komando pasukan makhluk halus. Ia merupakan tokoh yang paling terkenal dan disukai penduduk karena acapkali memberi tahu kapan Merapi akan meletus dan apa yang harus dilakukan penduduk untuk menyelamatkan diri. Tokoh berikutnya Kyai Petruk yang dikenal sebagai salah satu prajurit Merapi.

Begitu besarnya jasa-jasa yang telah diberikan oleh tokoh-tokoh penghuni Gunung Merapi, maka sebagai wujud kecintaan mereka dan terima kasih terhadap Gunung Merapi masyarakat di sekitar Gunung Merapi memberikan suatu upeti yaitu dalam bentuk upacara-upacara ritual keagamaan. Sudah menjadi tradisi keagamaan orang Jawa yaitu dengan mengadakan selamatan atau wilujengan, dengan melakukan upacara keagamaan dan tindakan keramat.

Upacara Selamatan Labuhan diadakan secara rutin setiap tahun pada tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X yakni tanggal 30 Rajab. Upacara dipusatkan di dusun Kinahrejo desa Umbulharjo. Di sinilah tinggal sosok Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi yang sering bertugas sebagai pemimpin upacara labuhan. Gunung Merapi dan Mbah Marijan adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Keberadaan lelaki tua Mbah Marijan dan kawan-kawannya itulah manusia lebih, mau membuka mata dan telinga batinnya untuk melihat apa yang tidak kasad mata di sekitar Gunung Merapi.

Di Selo setiap tahun baru Jawa 1 Suro diadakan upacara Sedekah Gunung, dengan harapan masyarakat menjadi aman, tentram dan sejahtera, dengan panen yang melimpah. Upacara ini disertai dengan menanam kepala kerbau di puncak Merapi atau di Pasar Bubrah.
Anda percaya atau tidak? Wallahu’alam Bissowab..

Sumber : harian pos metro balikpapan

Contoh RPP Pembelajaran Tematik

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

KELAS                       :        II

SEMESTER               :        1

TEMA                        :        KEGIATANKU

ALOKASI WAKTU   :        3 MINGGU


  1. KOMPETENSI DASAR
    1. PKN

Mengenal pentingnya hidup rukun dan bergotong-royong dalam kehidupan di

Lingkungan

  1. BAHASA INDONESIA

Mendengarkan: Mendeskripsikan isi puisi.

Berbicara: Mendeklamasikan puisi dengan ekspresi yang tepat.

Membaca: Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca.

Menulis: Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan

huruf tegak bersambung dan memperhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda titik.

  1. MATEMATIKA

Menentukan nilai bilangan

  1. ILMU PENGETAHUAN ALAM .

Mengidentifikasi pertumbuhan hewan dan tumbuhan

  1. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Menceritakan hal-hal penting yang berhubungan dengan suatu peristiwa

  1. ORJASKES

Mempraktekkan senam ketangkasan sederhana

  1. SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN

Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif.

  1. INDIKATOR
  2. PKN
  • Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam
  • Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong-menolong
  1. BAHASA INDONESIA
  • Menyebutkan kembali isi teks pendek
  • Bertanya kepada orang lain dengan menggunakan pilihan kata yang tepat
  • Melengkapi cerita sederhana dengan kata yang tepat
  • Menulis kalimat sederhana yang didiktekan
  • Menceritakan kegiatan sehari-hari
  • Mendeskripsikan isi puisi
  1. MATEMATIKA
  • Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan
  1. ILMU PENGETAHUAN ALAM
  • Mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pertumbuhan hewan (dalam ukuran) dan tumbuhan (dari biji menjadi tanaman)
  1. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
  • Memelihara dokumen dan koleksi benda berharga
  • Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita
  • Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga
  1. ORJASKES
  • Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana tanpa menggunakan alat
  • Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana dengan menggunakan alat
  1. SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN
  • Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif
  • Mengidentifikasi unsur musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan
  • oleh benda bukan alat musik
  • Memeragakan dinamik sederhana
  • Mengekspresikan diri melalui alat musik/ sumber bunyi sederhana
  1. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
  2. KEGIATAN AWAL
    1. Doa bersama
    2. Absensi siswa
    3. Appersepsi
    4. KEGIATAN INTI
      1. Menyebutkan perbuatan yang baik dan tidak baik
      2. Menyebutkan bentuk kasih sayang kepada sesama
      3. Menyebutkan cara-cara merawat tanaman
      4. Membaca teks perayaan hari kemerdekaan
      5. Menjawab pertanyaan teks
      6. Menghitung jumlah biji
      7. Melengkapi bilangan
      8. Membuat permainan tebak-tebakan jumlah biji pada tangan
      9. Membandingkan jumlah benda untuk menyatakan lebih sedikit atau lebih

banyak

10.  Memperhatikan pertumbuhan pohon kacang

11.  Menulis hasil pengamatan pertumbuhan tumbuhan

12.  Membaca bacaan dengan suara nyaring.

13.  Menjawab pertanyaan dari bacaan

14.  Memperagakan suatu percakapan

15.  Mengurutkan gambar

16.  Melengkapi kalimat dengan kata yang ada

17.  Menirukan gerakan senam

18.  Memperagakan senam secara berkelompok dengan iringan musik

19.  Melengkapi gambar dan mewarnainya

(Langkah-Jangkah kegiatan disesuaikan dengan jadwal pelajaran masing

masing sekoIah)

  1. KEGIATAN AKHIR
    1. Siswa melaksanakan tugas portofolio
  1. METODE, SUMBER, MEDIA PEMBELAJARAN
  2. METODE
  • Ceramah
  • Tanya Jawab
  • Demonstrasi
  • Tugas
  • Game
  1. ALAT/MEDIA DAN SUMBER
  • Buku Tematik Kelas IIA
  • (Terdiri dari PKN, B. Indonesia, Matematika, IPA, IPS, ORJASKES, Seni

Budaya dan Ketrampilan)

  • Pengembangan Guru
  • Gambar-gambar yang relevan
  1. PENILAIAN
  2. Lisan
  3. Tertulis
  4. Perbuatan
  5. Portofolio

S

Mengetahui,                                                                                  …….., …………………20….

Kepala Sekolah                                                                                    Guru Kelas II

……………………….                                                                ……………………….

NIP………………………                                                          NIP………………………

Lampiran media ORJASKES

☺                                                                                                                                                                                     Senam tanpa menggunakan alat

Lampiran media IPA

☺                                                                                                                                                                 Pertumbuhan kacang

Lampiran media BAHASA INDONESIA

☺                                                                                                                                                                                               Puisi anak

BONEKAKU SUSAN

Karya : Nabila nurkhalishah Harris

Dulu aku punya boneka
Namanya susan
Dia kutaruh di kamar
Tetapi kata papahku
Mendingan ditaruh di kebun
Untuk anak ciloang
Lalu aku memberikannya
Sambil berkata
’tapi nanti boleh beli boneka susan yang baru, ya!’

Lampiran media seni budaya dan ketrampilan

Lampiran media matematika

☺    Urutkan mulai dari angka terbesar hingga terkecil :

34           87           78 43        54

321           212          487        345      351

☺                                                 Urutkan mulai dari angka terkecil hingga terbesar :

119          98           86           137            88

443            272       144        372            099

Paramasastra Bahasa Jawa

PARAMASASTRA


A. Tembung Lingga lan Andahan

Têmbung Linggå

Inggíh punika têmbung íngkang dèrèng éwah sakíng aslinipún: tulis, turu, tuku.

Têmbung Andahan

Inggíh punika têmbung íngkang sampún éwah sakíng lingganipún:

– tulis dados nulisi,

– turu dados nurokaken,

– tuku dados daktukoni.

Têmbung lingga sagêd éwah dados têmbung andhahan, sabab:

1. angsal wéwahan:

a. dipun wéwahi ing sangajenging tembung wéwahan,

wéwahan sangajêng têmbung naminipun Atêr atêr: m, n, ny, dak, ko di, ké, sa, pa, pi, pra, kuma, kapi, kami

b. dipun wéwahi ing sawingkingipun têmbung,

wéwahan sawingkinging têmbung naminipun Pênambang: ku, mu, é, èn, an, i, aké, a, na, ana, né.

c. angsal sêsêlan: in, um,

jupuk – jinupuk, gantung – gumantung.

2. dipun rangkêp:

a. sadaya: watuk – watuk, bola –bali

b. ngajêng: têtuku, papadha, paparing,

c. wingking: cêngèngès, cekikik

3. dipun campur (cambor) kaliyan têmbung sanès:

baya – pakéwuh.

4. dipun cêkak (wantah) : dhuwit – dhit, bocah—cah

B. Bab Rimbag (Kedadosanipun Tembung)

Rimbag jinisipûn kathah sangêt.

1. Rimbag Tanduk:

punika têmbúng ingkang angsal atêr atêr anuswara (suwara irung): m, ng, n, ny.

Rimbag Tanduk wonten 3 warni:

a. Tandúk Kriya Wantah: balang – mbalang, gambar – nggambar.

b. Tandúk i kriya: jalúk – njaluki, tulis – nulisi

c. Tandúk ké kriya: tuku – nukokaké, sapu – nyapokaké.

Cathetan:

tuku – nuku,

sapu – nyapu

Mênawi aksara wiwitaning têmbung dados sêtunggal kaliyan atér atêr anuswara dipun wastani luluh.

Caranipun Ngudhal Têmbúng:

Nyaponi : Lingganipun sapu, angsal ater rater : ny, angsal

panambang: i, rimbagipun: tanduk i kriya.

2. Rimbag tanggap:

Tembung Lingga ingkang ater ater tripurusa (dak, ko, di), ater ater ka lan seselan in,

Rimbag tanggap kapérang dados 6 warni:

a. tanggap utama purusa tiyang (kapisan)

– tanggap utama purusa wantah: dak jaluk, dak tulis.

– tanggap utama i kriya: dak tukoni, dak pangani

– tanggap utama purusa ké kriya : dak gambaraké, dak lungguhaké

b. tanggap madyama purusa (tiyang nomer 2)

– tanggap madyama purusa wantah: kojaluk, kotulis

– tanggap madyama purusa i kriya: kotukoni, kopangani

– tanggap madyama purusa ké kriya: kogambaraké, kolungguhaké

c. tanggap pratama purusa (tiyang nomer 3)

– tanggap pratama purusa wantah : njaluk, ditulis

– tanggap pratama purusa “i” kriya: ditukoni, dipangani

– tanggap pratama purusa “ké” kriya: digambaraké, dilungguhaké

d. tanggap ka: ater ater ka = di

– tanggap ka wantah: kajaluk, katulis

– tanggap ka “i” kriya: kajalukan = dijaluki – katanduran – ditanduri

– tanggap ka “ké” kriya: kajalukaké, katulisaké

e. tanggap na, wujudipun seselan in, tegesipun = di

– tanggap na wantah: jinaluk, tinulis

– tanggap na “i” kriya: jinalukan = dijaluk, tinulisan = ditulisi

f.  tanggap tarung, tegesipun: pada déné, tulung – tinulung, obong tingobong.

Cathetan:

Panambang “i” wonten ing tanggpan “ka” lan tanggap “na” éwah dados “an”

3. Rimbag Bawa:

Rimbag bawa inggih punika tembung lingga ingkang angsal ater ater: “ké”, “a”, “ma”,  “kuma”, “kapi”, lan seselan “um”.

a. bawa “ka”, wujudipun ater ater “ké”, ateges mboten jarag.

– bawa “ka” wantah: kacemplung, kobong saking obong.

– bawa “ka” wisésana: kacemplungan, kobongan.

b. bawa “ha”, wujudipun ater ater “a” lan ater ater “ma”

akalung, akembang, asikil tegesipun nganggo/duwé.

Maguru tegesipun golèk ilmu marang.

c. bawa “ma”, wujudipun seselan “um”: gumantung, gumagus,  dumunung, kumenthus.

d. bawa “kuma”, “kami”, “kapi”, ateges: sing : kumawani, kamigilan,  kapi-lara.

e. bawa “ma” tundha, ateges tansah : turun temurun, gulung gemulung.

Cathetan:

tembung madukun, maguru, asring dipun anggep bawa “ma” dupèh ater ateripun “ma”, punika mboten leres, leresipun bawa “ha”.

Kedah dipun bèntènaken antawisipun tembung:

– ko-obong = tanggap madyama wantah

– ke-obong (kobong) = bawa “ka” wantah

– ka-obong = tanggap “ka” wantah

4. Sananta.

Sananta pandapukipun: dak + tanduk + …. “i” ke  dak, ingkang ateges arep.

a. sananta dak wantah: dak-njaluk = aku arep njaluk.

b. santana dak “i” kriya: dak-njaluki = aku arep njaluki.

c. santana dak “ké” kriya: dak-nukokaké = aku arep nukokaké.

d. wonten malih sananta dak lan di ingkang ateges arep.

sing: dak sregep, dak meneng, ditaberi, diprayitna.

5. Tandang.

Tandang pandapukanipun: dak + lingga “é” (ané) “né” panambang “é” (ané) “né” ateges arep.

a. tandang dak wantah: dak jupuké = arep dak jupuk.

b. tandang “i” kriya: dak jupukané = arep dak jupuki.

c. tandang “ké” kriya: dak jupukné = arep dak jupukaké.

Cathetan:

Sananta lan tandang nggadahi teges arep.

Sananta asalipun saking ukara tanduk manawi tandang saking ukara tanggap,

Tuladha:

Aku arep nulis layang dhisik – aku dak nulis layang dhisik.

Layangé arep dak tulis dhisik – layang dak tulisé dhisik.

Wonten ing tandang “é” wantah dados “é”

Wonten ing tandang “i” wantah dados “ané”

Wonten ing tandang “aké” wantah dados “né”

6. Sambawa.

Tembung sambawa nggadahi teges: sanajan, pengarep arep.

Upama.

Panambangipun “a”, “ana”, “na”.

Sambawa kapérang:

1. Sambawa saking tanduk:

a. Sambawa tanduk wantah: nggawa, conto: lan tegesipun,

– nggawa dhuwit arep dienggo apa wong ora ana  wong dodol = sanjan.

– mbakyu mbok nggawa lading ya, kena dienggo ngoncèki tebu = ngarep arep.

– ah, mau nggawaa wacan kena kanggo sambèn ora ndlongop ngéné iki = sanjan.

b. Sambawa tanduk “i” kriya: njalukana.

c. Sambawa tanduk “ké” kriya: njalukna.

2. Sambawa saking tanggap:

a. Sambawa tanggap wantah : dakgawaa, kogawaa, digawaa.

b. Sambawa tanggap “i” kriya: dak gawanana, kogawakna, digawanana.

c. Sambawa tanggap “ké” kriya: dakgawakna, kogawakna, digawana.

Cathetan:

1. Wantah panambang “a”

2. “i” kriya panambang “i” malih dados “ana”

3. “ké” kriya panambang “aké” malih dados “na”

7. Pakon – Préntah.

Rimbag Pakon kapérang:

1. Pakon tanduk:

a. Pakon tanduk wantah: nggawaa = akon nggawa.

b. Pakon tanduk “i” kriya: nggawanana = akon nggawani.

c. Pakon tanduk “ké” kriya: nggawakna = akon nggawakaké.

2. Pakon tanggap “ya” pandapukipun: lingga + “é” (an) “na”.

a. Pakon tanggap wantah: gawanen= akon supaya kogawa.

b. Pakon tanggap “i” kriya: gawanana = akon supaya kogawani.

c. Pakon tanggap “ké” kriya: gawakna = akon supaya kogawakaké.

Cathetan:

Wonten ing pakon tanduk:

1. Wantah, panambangipun “a”

2. “i” kriya, panambangipun “i”, malih dados “ana”

3. “ké” kriya, panambangipun “aké”, malih dados “na”.

Pandapukipun Sambawa tanduk sami sami kaliyan pakon tanduk, pramila kedah dipun èngeti tegesipun wonten ing ukara.

Upaminipun :

– ngGawaa dhuwit wong barangé wis entèk = Sambawa (dudu pakon).

– sésuk kowé nggawaa buku (pakon).

8. Guna:

Guna inggih tembung tembung ingkang angsal panambang “en” nggadahi teges nandang, saking lingganipun.

– wudunen, gudigen, singunen.

Kedah dipun bèntenaken tembung tembung: jupuken, panganen (pakon tanggap)

wantah, koroken, duduken = guna.

9. Adiguna:

Pandapukipun: “ke” + lingga + “en”, ateges leluwihan:

kedhuwuren, kebangeten, kabangen.

Bèntenipun: tembung tembung: kecemplung, kecipratan

= wisésa bawa ka.

– kegedhèn, kepinteran = adiguna.

10. Bawa  – Wacaka:

Pandapukipun “ka” + lingga + “an”, ateges: nedahaken panggènan utawi ndapuk tembung aran.

Bawa wacaka mboten ateges ndapuk tembung kriya.

– Kalurahan = panggènan, kabupatèn = panggènan.

– Kausikan = tembang aran, kasugihan = tembung aran

Tembung tembung punika kedah dipun bèntenaken.

– kajalukan = dijaluki, tanggap “i” kriya

– kapinteran = bawa wacaka.

– kecemplungan = wisésana bawa “ka”.

11. Daya Wacaka:

Pandapukipun: “pa” + lingga + “an”, ateges panggènan utawi mangsa:

– pasuketan, pakuburan, panèn, padusan.

12. Kriya – Wacaka / Karana Wacana.

Pandapukipun : “pe” + tanduk + (“pe + tanduk + “an”)

– penulis = tukang nulis, karana wacaka

– penulisé = carané nulis, karana wacaka

Bèntenipun daya wacaka kaliyan karana wacaka:

daya wacaka saking tembung aran.

karana wacaka saking tembung kriya.

Kedah dipun bèntenaken tembung:

gorèngan = olèh olèhané nggorèng, kaliyan tembung:

penggorèngan = papan kanggo nggorèng.

13. Tembung Rangkep:

Tembung rangkep inggih punika tembung ingkang dipun ungelaken ambal kaping kalih.

Tembung rangkep wonten 3 warni:

1. Dwilingga: lingganipun dipun rangkep.

a. dwilingga wutuh: bocah bocah, réka réka.

b. dwilingga salin swara ngarep: dhuwat – dhuwit.

c. dwilingga salin swara mburi: jarèn jérèn, téla télé.

d. dwilingga salin swara kabèh: modhang mèdhèng, gonjang ganjing.

2. Dwipurwa: wanda ingkang wiwitan dipun rangkep: jejaka,  tetuwuhan.

3. Dwiwasana: wanda ingkang wekasan dipun rangkep: cengèngèsan, cekakaan.

14. Tembung Jamboran (Majemuk).

Tembung jamboran, tembung kalih utawi langkung ingkang dipun  gandhèng dados satunggal.

1. Jamboran wutuh.

Jamboran wutuh wonten 3 golongan:

a. ingkang tegesipun sadrajad: gedhé cilik, boya pakéwuh.

b. tembung ingkang kaping kalih dados katranganipun tembung ing kapisan: kandhang jaran, jambu wer.

c. tembung ingkang kapisan dados katranganipun tembung ingkang kaping kalih: brata yuda, wijaya kusuma.

2. Jamboran tugel: wancahan.

Jamboran tugel tembung kalih ingkang dipun cekak:

– kakkong, dhekwur, kongèl.

Cathetan:

Kedah dipun bèntenaken antawisipun jamboran tugel kalayan kérata basa.

– kakkong: asalipun saking tungkak bokong.

– dhélik: asalipun saking tembung gedhé cilik.

Jamboran tugel asalipun saking kalih tembung.

Manawi kérata basa asalipun pancèn satembung lajeng

dipun othak athik supados mathuk.

– tembung tebu, dipun othak athik dados manteb ing kalbu.

– tembung kathok, dipun othak athik dados ngangkaté saka sithok.

Tembung Wancah.

Tembung wancah tembung ingkang dipun cekak.

Warni warnining tembung ingkang dipun wancah:

1. Namanipun laré/tiyang sepuh:

– Mulyana dados Mul utawi Yan.

– Sutana dados Tana utawi Ton.

– Suminah dados Minah utawi Min.

– Pawirareja dados Pawira

– Wangsadimeja dados Sadimeja.

2. Namanipun panggènan:

– Kartasura dados Tasura.

– Imogiri dados Mogiri.

– Boyolali dados Yolali.

3. Wicalan (etungan):

– ji, ro, lu, pat, ma, nem, tu, lu, nga, luh.

4. Tembung krama kawancah dados madya krama.

– punika dados nika.

– mangga dados ngga.

– dhateng dados teng.

5. Tembung jamboran (Jamboran tugel).

– gedhé cilik dados dhélik.

– endhèk lemu dados dhèkmu.

– gedhé bagus dados dhégus.

C. Ater ater, panambang, seselan lan tegesipun.

Wisésana inggih punika tembung tembung ingkang angsal panambang “an”.

01. Entan éntan kados : gunungan, pasaran, kalèn.

02. Pirantos kanggé : kukusan, garisan, ayakan.

03. Angsal angsalipun : gorèngan, batikan, gawéyan.

04. Mangsa : panèn, padusan, suntikan.

05. Gampil : mutungan, kalahan, getasan.

06. Sami déné nglampahi : salaman, biten guyon.

07. Dolanan : jaranan, pasaran, tangisan.

08. Nganggé : bebedan, sabukan, kelambèn.

09. Nanggap : wayangan, réyogan.

Tegesipun Ater ater Anuswara:

01. Nyambut damel : jenu, macul, medhang.

02. Nganggep : mbapa, ngadi, mbibi.

03. Dados : mbatur, nyantrik, nyudagar, nuwani.

04. Nuju dhateng : minggir, ngulon, munggah.

05. Damel : nggulé, ngabon, nyambel.

06. Nyukani : nyadhong, makani, nyandhangi, nyamaki.

07. Kados : mbodoni, mbisu, ndésani, ngetumbar, mucuk eri.

08. Saben tiyang nampi : niji, ngloro, matang liter.

09. Nambahi : ndhuwuraké, ndawani, nggedhèni.

10. Ngetrapaken : nglambèni, napèni, nyetuti.

11. Saweg wancinipun : mbosoki, ngretegi.

Tegesipun Ater ater Sa:

01. Satunggal = sèket, sakebo, samèter.

02. Sabarang = sakarepé, sawaregé, sasenengé.

03. Nunggil = sabantal, saomah, sakamar.

04. Kalih / karo = salapaké, sauwité.

05. Sami kaliyan = sagunung, sapitik.

06. Ngantos = sabubaré, saénaké.

07. Saben = saasiné, sadinané.

08. Angger = sakoberé, saénaké.

Tegesé Ater ater Pa / Pé:

01. Srana  = pasumbang, pangudi.

02. Tukang = pangendhang, padhang, pamomong.

03. Ukuran mangsa = sapenginang.

04. Ukuran   panjang, tebih  = panjangkah, pandulu, pabalang.

05. Carané / patrapé = panulisé, panggambaré.

06. Panggènan = pakuburan, panepèn, pagadéyan.

07. Mangsa  = panèn, padusan.

08. Pirantos  = pembesut, penyakit, penulak.

09. Tiyang ingkang dipun  = paukuman, panembahan.

Seselan lan Tegesipun:

Seselan namung 4 warni: “er”, “el”, “um”, “in”.

– crekot, saking tembung cekot tegesipun pating/pijer.

– trambal, saking tembung tambal, tegesipun pating/kathah.

– dlèwèr, saking tembung dèwèr, tegesipun pating/pijer.

– sliri, saking tembung siri, tegesipun pating.

Seselan “er” lan” “el” wonten ing salebeting tembung, racakipun lajeng dados satunggal kaliyan tembung wau, saéngga lingganipun tembung wau mboten saged cetha.

Déné ingkang saged cetha lingganipun menawi kaseselan “um” lan “in”.

01. Tumandang lingganipun tandang tegesipun kriya.

02. Rumujak, lingganipun: rujak, tegesipun: nedheng nedhengipun.

03. Kumaki, lingganipun:  kaki, tegesipun: anggepé kaya.

04. Jinambak, lingganipun: jambak, tegesipun: di ………….

05. Tinulis, lingganipun: tulis, tegesipun: di …………

Menawi aksara wiwitan tembung wonten “w”, “p’, “b”, lajeng éwah dados “k” utawi   “g”.

– ayu – kumayu, tegesipun: anggènipun kados …….

– emping – kumemping, tegesipun: saweg eca ecanipun dipun ……

– wasis – kumasis, tegesipun: kados tiyang …….

– pinter – kuminter, tegesipun: kados tiyang ……

– bagus – gumagus, tegesipun: kados tiyang ……

Tegesipun Tembung Dwi Lingga.

01. Naminipun barang : orong orong, alap alap, nget nget.

02. Nglampahi padamelan : omah omah, udan udan.

03. Kathah : gedhé gedhé, jembar jembar, omah omah.

04. Sanget : asin asin, seru seru, gedhé gedhé.

05. Tansah : lali lali, ora ngerti ngerti.

06. Sanajan : alon alon, empuk empuk, anggeré.

07. Mangsa / wanci : bedhug bedhug, soré soré.

08. Saepolipun : dawa dawané, murah murahé.

09. Boten susah : ora isan isin, ora rikah rikuh.

Tegesipun Tembung Tembung Dwipurwa / Dwiwasana.

01. Boten tentu barangipun : tetuku, lelara, gegaman.

02. Nganggé/damel : gegriya.

03. Murugaken : pepeteng, bebungah, lelethek.

04. Pating : cengèngèsan, cekakaan.

Bab II – Ukara Lan Pangudhalipun.

Ingkang dipun wastani ukara inggih punika rerangkèning tembung sawatawis ingkang saged mujudaken / nglahiraken gagasanipun tiyang.

A. Péranganipun ukara:

Ukara kedadosan saking pérangan ingkang baken, jejer lan wasésa.

Supados ukara kala wau saged sampurna tegesipun, asring ukara punika dipun wéwahi.

katrangan.

Warni warnining katrangan :

a. Katrangan lésan kang nandang (pelengkap penderita).

b. Katrangan lésan kang pinarih (pelengkap penyerta).

c. Katrangan lésan kang tumindak (pelengkap pelaku).

d. Katrangan mangsa: wis, lagi, arep, kapan, dhèk wingi.

e. Katrangan panggènan: ing kono, ngomah, ing pasar.

f. Katrangan kaanan (kawontenan): kanggé nerangaken wasésanipun – banget, cetha, kepénak.

Tulada Ngudhal Ukara Miturut Kalinggihanipun (Kalungguhané).

a. Kucing iku | mangan | tikus |

1                      2           3

1. jejer, 2. wasésa, 3. lésan kang nandang

b. Simbok | nukokaké | layangan | adiku |

1                   2                  3               4

1. jejer, 2. wasésa, 3. lésan kang nandang, 4. lésan kang tumindak

c. Aku | diwènèhi | dhuwit | mbakyu |

1           2                  3                4

1. jejer, 2. wasésa, 3. lésan kang nandang, 4. lésan kang tumindak

d. Suk embèn | bapak | arep | mundhutaké | klambi | aku | menyang Sala |

1                   2           3                   4                    5            6                  7

1. katrangan mangsa, 2. jejer, 3. katrangan mangsa, 4. wasésa, 5. lésan kang nandang, 6. lésan kang pinurih, 7. katrangan  panggonan

e. Gunung iku | dhuwur | banget |

1                  2                3

1. jejer, 2. wasésa, 3. katrangan kahanan

f. Si Ali | mangané | ademenakaké |

1             2                     3

1. jejer, 2. wasésa, 3. ktrangan wasésa

g. Omahé | bapak | arep | didol | suk embèn |

1            2             3          4              5

  1. jejer, 2. katrangan jejer, 3. katrangan mangsa, 4. wasésa, 5. katrangan mangsa.

h. Sayak | abang kaé | reged | banget |

1                2                 3              4

1. sayak, 2. katrangan jejer, 3. wasésa, 4. katrangan kahanan

B. Warni warnining Ukara.

Miturut Pandapukipun, Ukara, wonten:

1. Ukara genep (ukara lamba).

2. Ukara boten genep (ukara gothang).

3. Ukara rangkep (ukara majemuk).

1. Ukara ganep sakedhikipun kedah wonten jejer lan wasésanipun, sok ugi wonten katranganipun.

Tuladha:

– Saidi mlaku

– Bocah nakal kaé dolan mrénê.

2. Ukara boten ganep (ukara gothang) kapérang:

a. gothang jejeripun.

– rénéya sedhéla baé !

– Tukokna rokok !

b. gothang wasésanipun:

– Sajaké Simin !

– Dudu Adiku !

c. gothang jejer lan wasésanipun:

– Kala wingi !

– isih loro !

– Ora !

3. Ukara rangkep inggih punika ukara ingkang panjang kadadosan saking kalih ukara lamba utawi langkung. Ukara rangkep kapérang malih:

a. Ukara rangkep sadrajad, Tuladha:

– Aku nulis, adiku maca buku, simbok olah olah,

– Wong iku gemi, mulané dadi sugih.

– Sepisan dhèwèké sregep, ping pindhoné pancèn pinter.

b. Ukara rangkep raketan. Tuladha:

– Simbok menyang pasar, déné aku kon tunggu warung.

– Siman mbèlèh pitik, adiné mbubuti, simbok kang ngolah.

– Dhèk wingi pité isih ditunggangi, dhèk mau wis dicolong uwong.

c. Ukara rangkep tundha.

Wonten ing salebeting ukara tundha wonten baboning ukara, inggih punika ukara ingkang dados undheraning gineman lan wonten gatranipun (anak kalimat).

Gatra wonten pinten – pinten warni:

a. gatra jejer:

ukara ukara ingkang dados gegentosing jejer,

Guruku .. .. , ndukani aku (ukara lamba).

Wong kang mulang | aku | ndukani aku |

1                          2              3

1. gatra jejer, 2. wasésa, 3. lésan kang nandang

b. gatra wasésa:

ukara ingkang dados gegentosing wasésa.

Panjaluké .. .. , dituruti (ukara lamba).

Panjaluké | aku sregep sinau |

1                      2

1. jejer,     | 2. gatra wasésa   |

c. gatra lésan:

ukara ingkang dados gegentosing lésan.

Aku ngleksanani panjaluké (ukara lamba).

Aku ngleksanani | apa | kang dikarepaké |

1                      2                    3

1. jejer, 2. wasésa, 3. gatra lésan

d. gatra katrangan:

ukara ingkang dados gegentosing katrangan.

Simin arep mulih sésuk (ukara lamba).

Simin arep mulih | menawa aku | wis bali saka Sala

1                            2                          3

1. jejer, 2. wasésa, 3. gatra katrangan

Caranipun Ngudhal:

Simin arep mulih, menawa aku wis bali saka Sala.

Simin  = jejer

arep mulih = wasésa

arep  = katrangan mangsa

menawa aku bali saka Sala = gatra katrangan

menawa  = katrangan sarat

aku  = jejer gatra katrangan

wis  = katrangan wektu (wekdal) gatra katrangan

bali  = wasésa

saka Sala = katrangan panggènan gatra katrangan.

II. Ukara Miturut Suraosipun.

Miturut suraosipun ukara kapérang:

a. ukara carios (carita)

b. ukara pitakèn

c. ukara pakèn (pakon)

d. ukara pangajak

e. ukara panjaluk (panedha)

f. ukara pangajeng ajeng (pangarep arep)

g. ukara prajanji

h. ukara upami (umpama)

Déné tuladanipun supados damel piyambak.

III. Ukara Miturut Kawontenanipun Jejer Wasésa lan Lésan.

Ukara Kapérang:

a. Ukara tanduk (kalimat aktif).

Tetengeripun ukara tanduk menawi wasésanipun angsal ater ater  anuswara lan jejeripun nindakaké wasésa.

– Simin mangan

– Ali nggambar.

b. Ukara tanggap (kalimat pasif).

Tetengeripun ukara tanggap wasésanipun angsal ater ater:

“dak”,  “ko”, “di”, “ko”, lan seselan “in”.

Déné jejeripun nandang wasésanipun.

– Sapiné wis diedol

– Dhuwité arep dakjaluk.

c. Ukara nominal.

Ukara nominal inggih punika ukara ingkang wasésanipun sanès tembung kriya, nanging tembung: aran, wilangan, kaanan.

– Gunung iku dhuwur

– Pitikku putih mulus

– klambiku nem iji, lan sapanunggilanipun.

Bab III – Panyilahing Tembung (Jinising Tembung)

A. Jinising tembung kalarasaken kaliyan basa manca.

1. Tembung Kriya (Verb);

sadaya tembung ingkang nerangaken tumindak padamelan:

nulis, mucal, nyawang, lan sapanunggilanipun.

2. Tembung Aran (Substantive);

sadaya tembung ingkang mastani namaning barang ing maujud utawi ingkang dipun anggep maujud (abstrak):

buku, kursi, angin, sétan, kapinteran, ngèlmu, lan sapanunggilipun.

3. Tembung Kawontenan (kaanan = ajective);

sadaya tembung ingkang nerangaken kawontenanipun barang:

gedhê, dawa, ireng, kumaki, merdika, lan sapanunggilipun.

4. Tembung Katrangan (Adverb);

sadaya tembung ingkang nerangaken kawontenanipun kriya:

mesthi, mau, banget, mbokmenawa, lan sapanunggilipun.

5. Tembung Sesulih (pronoun):

sadaya tembung ingkang dados sesulihipun barang maujud utawi ingkang kaanggep maujud: punika kapérang dados 5 golongan:

a. Tembung Purusa (tiyang): aku, kowé, dhèwèké, anu, banget, mbokmenawa, lan sapanunggilipun.

b. Tembung Darbé: ku, mu, e,

c. Tembung Pitedhah (pitudhuh): iku, kaé, kuwi, punika.

d. Tembung Pitakèn: sapa, apa, endi, ngendi, kepriyé, lan sapanunggilipun.

e. Tembung Panggandhèg: kang, sing, ding.

6. Tembung Wicalan (wilangan : cacah) = numeral: siji, loro, sapisan, saméne, sawatara, lan sapanunggilipun.

7. Tembung Panggandhèng (conjunction):

Tembung ingkang kanggé nggandhèng ukara utawi tembung:

lan, sarta, tur, kathik, mulané, sarèhné, lan sapanunggilipun.

8. Tembung Panggenah (artikel): sing, sang, ponang, lan sapanunggilipun.

9. Tembung dunung (preposition):

Tembung ingkang nedahaken enggon/enering barang: ing, ngarep, mburi, menyang, déning, lan sapanunggilipun.

10. Tembung Panguwuh (interjection) = panyuru:

Tembung ingkang mratélakaken panguwuh / sesambat:

lo, wah, wo, adhuh, toblas, lan sapanunggilipun.

A. Tulada Ngudhal Ukara Miturut jinising Tembung.

Manawi bab ingkang kapengker ngudhal ukara miturut kalenggahaning / pangkating tembung, inggih punika madosi jejer, wasésa, lésan lan warni warnining katrangan, ing bab punika ngudhal jinising tembung inggih punika madosi tembung tembung ingkang kadadosaken saking tembung kriya, tembung aran, sesulih, wilangan lan sapanunggilipun.

Terkadhang wonten malih supados ngudhal tembung, inggih punika tembung wau dipun padosi lingganipun, ater ater, panambang, lajeng kalebet rimbag punapa.

Tuladha ukara.

Mau ésuk aku ketekanan tamu saka Sragèn.

Miturut lenggahing tembung:

aku                         = jejer

katekanan               = wasésa

tamu                       = lésan kang tumindak

mau ésuk                = katrangan mangsa

saka Sragèn            = katrangan panggonan

Miturut Jinising Tembung:

mau ésuk = tembung katrangan wayah

aku = sesulih

katekanan = kriya

tamu = tembung aran

saka = tembung dunung

Sragèn = tembung aran.

Miturut Pandapuking Tembung:

mau ésuk = tembung jamboran

aku = lingga

katekanan = lingganipun teka angsal ater ater ke lan panambang an, kalebet tanggap ka i-kriya.

tamu, saka, Sragèn = tembung lingga.

Tuladha malih :

Bocah cilik, adiné Mariyem iku, nukokaké jeruk adiku.

Miturut jinising tembung:

bocah = tembung aran

cilik = tembung kaanan

adiné = tembung aran

Mariyem = tembung aran

iku = tembung sesulih

nukokaké = tembung kriya mawa lésan

adiku = tembung aran.

Miturut Lenggahing Tembung;

bocah cilik = jejer

adiné Mariyem iku = katrangan jejer

nukokaké = wasésa

jeruk = lésan kang nandang

adiku = lésan kang pinurih.

Miturut Pandapuking Tembung:

bocah cilik = tembung jamboran

adiné Mariyem = tembung jamboran

iku = lingga

nukokaké = n + tuku + aké + tanduk ké kriya

jeruk = tembung lingga

adiku = tembung andhahan: adi + ku

adiné = tembung andhahan: adi + é.

Bab IV – Panyeratipun Basa Jawi Mawi Aksara Latin

A. Panganggènipun Aksara Ageng:

1. Kanggé nyerat irah – irahan (bab).

2. Aksara ing wiwitaning ukara.

3. Kanggé nyerat nama mandiri.

Upami: Musi, Paimin, Ciamis. pasopati, lan sapanunggilipun.

4. Cekakan, upami: ABRI.

5. Ingkang kaanggep wigatos: Ingkang Maha Wikan.

……. badhé leladi dumateng Nusa, Bangsa, lan Agama.

B. Ingkang Adaan Sanget Panyeratipun:

1. Ponorogo leresipun: Panaraga

sopunika leresipun: sapunika

Bongsa leresipun: bangsa

2. Sepélé, mréné, gègèr, kètèl, kabèh, Swanten “é” lan ‘è” kedah kaserat mawi “e” lan pratandha layar nginggilipun.

3. Kuthuk, dhuwur, kathok, kodhok

Aksara t kaserat dados “th”

Aksara d kaserat dados “dh”

4. kluwak, luwak, kuwat, kowat. Swanten “u” utawi “o” kasusul ing swanten “a” kedah mawi aksara manda.

5. sekalian, kadang kadéyan, liyané, sampéyan

Pindahipun swanten “i” utawi “é” dhateng swanten “a” mawi aksara manda swara  “y”.

Bab V – Unggah Ungguhing Basa

A. Katrangan:

Basa Jawi punika pepak sanget, ngantos tiyang manca manawi badhé nyinau basa Jawi asring rumaos kewalahan, amargi saking kathahing sinonim tembung Jawi, caranipun ngetrapaken basa antawisipun tiyang ingkang bènten umur umuranipun utawi derajatipun lan malih pancèn wonten tembung tembung Jawi ingkang ing basa sanès boten wonten utawi boten matis. Upaminipun tembung mangan: sinonimipun (dasanamanipun): maem, dahar, madhang, malah taksih kathah panganggènipun ing basa kasar.

Antawisipun laré kaliyan nèm nèman sampun boten cak – cakanipun, semanten ugi antawisipun nèm nèman kaliyan tiyang sepuh lan sapanunggilanipun. Lan malih asring wonten tembung Jawi ingkang ing basa sanès boten wonten (dèrèng dipun sumerepi) upaminipun tembung: kadingarèn, upil, karipan, maido, lan sapanunggilanipun.

Manawi dipun tingali saking pandapuking tembung, kathah sanget éwah éwahipun, margi saking pepaking ater ater (awalan), seselan sarta panambang (akhiran) punika badhé katerangaken ing wingking.

Déné unggah ungguhing basa inggih punika caranipun ngetrapaken basa dhumateng tiyang ingkang dipun ajak gineman.

B. Unggah ungguhing Basa.

1. Basa Ngoko.

Basa ngoko, kapérang:

a. Ngoko Lugu,

wujudipun tembung tembungipun ngoko sadaya.

dipun ginakaken.

1. Dhateng sesami ingkang sampun kulina.

2. Dhateng kapernah nèm (anak, putu, murid, sémah).

3. Manawi pinuju ngunandika.

4. Wonten ing buku buku karangan (wucalan).

b. Ngoko Andhap Antya Basa,

wujudipun: ngoko, krama inggil.

dipun ginakaken:

1. Dhateng tiyang ingkang langkung enèm nanging langkung inggil derajatipun.

2. Priyantun kaliyan priyantun ingkang kulina ngoko.

Tuladha:

Apa sliramu mengko sida tindak pasar mundhut bakal klambi?

c. Ngoko Andhap Basa Antya,

wujudipun: Ngoko, krama inggil dipun selingi krama.

dipun ginakaken: antya – basa.

Tuladha:

Coba panjenengan pirsani, bapak ora saéstu tindak, la kaé lagi maos buku.

2. Basa Madya:

Basa madya dipun ginakaken tiyang tiyang ingkang boten nggatosaken basa ingkang saé, racakipun tiyang padhusunan utawi paredèn lan tiyang pekenan.

Tuladha Basa Madya: nika, niku, ajeng, teng, nèk, saweg, napa, pripun, samang dika, lsp.

Basa Madya Kapérang:

a. Madya Ngoko, wujudipun ngoko, madya.

Tuladha:

Nèk dika ajeng tuku akèh mengké kula wèhké rada murah.

b. Madya – Krama,

wujudipun: Madya kaliyan krama.

Tuladha:

Dos pundi ta samang nika, sinjang saéné kados ngaten kok diwastani awon.

c. Madya Antara,

wujudipun: Madya krama, krama inggil.

dipun ginakaken:

1. Priyantun dhateng tiyang kapernah sepuh nanging mimpang drajad.

2. Garwa priyantun.

3. Priyantun kaliyan priyantun ingkang sampun kulina.

Tuladha:

Napa panjenengan ajeng ngersakaken mirsani bioskop, nèk kersa ngga kula dèrèkaken.

3. Basa Krama,

Basa Krama kapérang:

a. Kramantara,

wujudipun krama thok krama lagu.

dipun ginakaken:

1. Kanca kanca ingkang déréng kulina.

2. Wonten buku buku karangan (wucalan).

Tuladha:

Nuju satunggiling dinten pun Kancil saweg mlampah mlampah wonten sapinggiring lèpèn.

b. Muda Krama,

wujudipun: Krama lan krama inggil.

Basa Muda krama  basa ingkang saé lan alus piyambak.

Ingkang ngginakaken:

1. Tiyang nèm dhateng tiyang sepuh.

2. Murid dhateng gurunipun.

3. Priyantun kaliyan priyantun.

Tuladha:

Kula dipun dhawuhi bapak guru, supados matur kaliyan bapak, manawi bapak guru bénjing dinten Minggu badhé tindak dhateng dalemipun bapak.

c. Krama Inggil,

wujudipun: Muda krama, namung tembung: mu- dalem, aku – abdi dalem, kowé – panjenengan dalem. dipun ginakaken tumrap para luhur / ratu.

Tuladha:

Abdi dalem boten saged sowan ngarsa dalem, amargi anakipun dalem saweg sakit.

d. Wreda krama,

wujudipun: krama nanging ater ater lan panambang boten dipun kramakaken.

Tuladha:

Manawi diparengaké griyané ingkang kilèn punika kula enggènané.

“di”, “é”, “aké” boten dipun kramakaken.

e. Krama désa,

Krama désa punika basanipun mesthinipun boten wonten kramanipun kapeksa dipun kramakaken, wonten malih mesthinipun sampun dipun kramakaken margi saking kirang maremipun lajeng dipun kramakaken malih.

Tuladha:

– jaran, kramanipun kapal dados kepel.

– dhuwit, kramanipun arta dados yatra

– tuwa, kramanipun sepuh dados sepah

– belo, kramanipun dados belet

– dhelé, kramanipun dados dhekeman

– Boyolali, kramanipun dados Bajulkesupèn

4. Basa Kedhaton,

Basa kedhaton dipun ginakaken para abdi dalem kraton manawi pinuju gineman kaliyan ratu.

Tuladha:

– manira = aku

– pakènira = kowé

– enggah = inggih

– darbé = duwé

– boya = ora

– besaos = bae

5. Basa Kasar,

Basa kasar dipun anggé tiyang urakan, tiyang paben, tiyang saweg nepsu, lsp.

Pokokipun boten sekéca manawi dipun mirengaken. mila ing ngriki boten perlu dipun rembag.

Cathetan:

Andharan ing nginggil punika prasasat kantun dados téori, kirang praktis.

Mila limrahipun kaum guru namung mlètèr murid murid mawi basa krama ingkang mèh mesthi kanggénipun: Muda krama.

C. Ngulinakaken Nggladi Basa

Ngèngeti ing jaman samangké kathah para muda ingkang sampun ical tata kramanipun saha unggah ungguhipun, langkung langkung bab anggènipun ngginakaken basa krama kados kados kathah ingkang risak boten kanten kantenan.

Umpaminipun, laré nèm dhateng tiyang sepuh, murid dhateng gurunipun langkung langkung para nèm nèman dhateng para nèm nèman sanèsipun.

Racakipun anggènipun ngetrapaken basa klèntu lan ing ngrika ngriki taksih campur bawur kaliyan basa Indonesia, kamangka mesthinipun kita punika saged nglairaken gagasan utawi pikiran sarana tembung tembung basa Jawi ingkang murni.

Pramila kanggé ngudi basa ingkang saé kita saged ngulinakaken nganggé basa ingkang saé ing saben saben wekdal, wonten ing bebrayan ngagesang. Para putra nèm nèman saha ingkang taksih alit sageda dipun tuntun, dipun gladi nganggé basa ingkang saé wonten ing nggriya utawi sadéngah panggènan. Kanggé ngulinakaken para putra ing ngriki perlu dipun sukani latihan latihan sageda kanggé apalan.

Sumber : Heru Subrata (mbahbrata)

Manfaat serta Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu

Dari gambaran tersebut, akan menunjukkan adanya beberapa sisi positif mengapa kita menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu atau pendekatan tematik.

  • Kelebihan

Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.

  1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
  2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
  3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
  4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
  5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
  • Kekurangan
  1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,  memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal,  rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan  yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
  2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
  3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
  4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
  5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
  6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.


A. Manfaat Pembelajaran Terpadu

Sebagai suatu bentuk model pembelajaran, pembelajaran terpadu memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah :

  1. memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan;
  2. meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif;
  3. meningkatkan kecakapan berpikir anak;
  4. banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa;
  5. pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmatapelajaran;
  6. pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmatapelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep;
  7. pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata;
  8. daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi;
  9. dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata;

10.  meningkatkan interaksi sosial anak;

11.  meningkatkan profesionalisme guru.


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE TERHUBUNG (CONNECTED), JARING LABA-LABA (WEBBED), DAN KETERPADUAN (INTEGRATED)

A. PEMBELAJARAN TERPADU TIPE TERHUBUNG (CONNECTED)

Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan 1 hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.

Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) : Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.

  1. a. Kelebihan
  2. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan;
  3. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;
  4. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
  5. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
    1. b. Kekurangan
      1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
      2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;
      3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.

B. PEMBELAJARAN TERPADU MODEL JARING LABA-LABA (WEBBED)

Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba di TK, yaitu:

  1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia;
  2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
  3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema;
  4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih;
  5. menyusun Rencana Kegiatan Mingguan;
  6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.

Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jarring laba-laba(webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.

a. Kelebihan

    1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
    1. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
    2. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
    1. b. Kekurangan
      1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
      2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
      3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.

C. PEMBELAJARAN TERPADU MODEL INTEGRATED (TERPADU)

Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.

Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.

  1. a. Kelebihan
    1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
    2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
    3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;
    4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
    1. b. Kekurangan
      1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
      2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
      3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;

dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.

Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran Terpadu di SD

A. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

(1) menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);

(2) Menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak

Pembelajaran IPA secara terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan masih dalam lingkup bidang kajian IPA.

B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut.

  • Pembelajaran berpusat pada anak.

Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

  • Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.

Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagaimacam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa,sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata di dapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.

  • Belajar Melalui Pengalaman Langsung

Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.

  • Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata.

Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquri (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.

  • Sarat dengan muatan keterkaitan

Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.


C. Model-model Pembelajaran Terpadu

Tabel ragam model pembelajaran terpadu

Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Terpisah ( Fragmented ) Berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah Adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran Keterhubungan menjadi tidak jelas; lebih sedikit transfer pembelajaran
Keterkaitan /
Keterhubungan
( Connected )
Topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain. Konsep–konsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan ( review ), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin Disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan; kontent tetap terfokus pada satu disiplin ilmu
Berbentuk Sarang/
kumpulan ( Nested )
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, dan kontent (c ontents skill ) dicapai di dalam satu mata pelajaran ( subject area ) Memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas pembelajaran Pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau pelajaran
Dalam satu rangkaian
( Sequence )
Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan, meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran Membutuhkan kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memilki lebih sedikit otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikula
Terbagi ( Shared ) Perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap ( attitudes ) yang sama Terdapat pengalaman-pengalaman instruksional bersama; dengan dua orang guru di dalam satu tim, akan lebih mudah untuk berkolaborasi Membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen, dan kompromi
Bentuk jaring laba-laba
( Webbed )
Pengajaran tematis, menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran Dapat memotivasi murid-murid: membantu murid-murid untuk melihat keterhubungan antar gagasan Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti, juga relevan dengan kontent
Dalam satu alur
( Threaded )
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar ‘direntangkan’ melalui berbagai disiplin Murid-murid mempelajari cara mereka belajar; memfasilitas transfer pembelajaran selanjutnya Disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain
Terpadu ( Integrated ) Dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih dalam berbagai disiplin ilmu, dicari keterampilan, konsep, dan sikap-sikap yang sama Mendorong murid-murid untuk melihat keterkaitan dan kesalingterhubungan di antara disiplin-disiplin ilmu; murid-murid termotivasi dengan melihat berbagai keterkaitan tersebut Membutuhkan tim antar departemen yang memiliki perencanaan dan waktu pengajaran yang sama
Immersed Pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai ( area of interest ) Keterpaduan berlangsung di dalam pelajar itu sendiri Dapat mempersempit fokus pelajar tersebut
Membentuk jejaring
( Networked )
Pelajar melakukan proses pemaduan topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring pakar dan sumber daya Bersifat proaktif; pelajar terstimulasi oleh informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru Dapat memecah perhatian pelajar; upaya-upaya menjadi tidak efektif

Menurut Fogarty (1991) bila di tinjau dari sifat materi dan cara memadukan konsep, keterampilan dan unit tematisnya ada 10 model pembelajaran terpadu. Dari kesepuluh model pembelajaran yang dikemukakan oleh Fogarty tersebut, hanya 3 model yang digunakan pada kurikulum PGSD yaitu connected model, webbed model, dan integrated model.


D. Penerapan Pembelajaran Terpadu

Dalam praktik, setiap tema yang disajikan akan memerlukan durasi kurang lebih tiga sampai enam pekan, bergantung pada materi yang ada pada setiap caturwulan dan keterpaduan dari tema. Berikut adalah gambaran sebuah kelas yang sedang melakukan pembelajaran dengan tema Pasar.

Pak Beni adalah guru kelas tiga SD. Dia bersama tiga guru paralel lainnya mempersiapkan pembelajaran yang bertema Pasar dalam durasi waktu empat pekan. Keempat guru kelas tiga itu telah membagi tugas masing-masing dalam menyiapkan bahan, alat, dan materi pelajaran.

Pak Karim akan menyiapkan segala keperluan belajar untuk mata pelajaran Matematika. Pada mata pelajaran ini, materi pelajaran yang akan dibahas adalah uang serta penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Bu Nani akan menyiapkan segala perangkat pembelajaran untuk topik makanan sehat dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Bu Marni menyiapkan segala hal untuk mata pelajaran Bahasa Indone-sia dengan topik menulis kreatif. Pak Beni sendiri menyiapkan untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan topik kelurahan dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada topik tenggang rasa.

Awal belajar yang bertema pasar ini, seluruh kelas telah mengadakan survei. Survei dilakukan dengan cara siswa mengamati pasar yang dikunjunginya saat liburan dengan membuat chek-list pada lembar pengamatan yang disiapkan guru. Dalam pengamatan ini, anak melakukannya saat menemani orangtua mereka berbelanja di pasar. Selain pengamatan, siswa kelas tiga juga mengundang tukang siomay yang biasa mangkal di jalan masuk menuju sekolah. Mereka bergiliran mengajukan pertanyaan, seperti: Kapan mulai berjualan? Mengapa jualan siomay dan bukan yang lain? Mengapa menjadi penjual dan bukan menjadi pegawai? Berapa untung setiap hari? Apa rencana masa depannya? Apa obsesinya? Milih partai apa kalau pemilu?

Hasil akhir dari pembelajaran ini nantinya adalah aktivitas sebuah pasar tradisional yang rencananya akan “dibangun” di sepanjang koridor sekolah mereka, kolaborasi keempat kelas paralel tersebut. Seluruh siswa akan berprofesi sebagai pedagang berbagai macam makanan dan kebutuhan lainnya, sedangkan para pembelinya adalah semua komunitas sekolah, siswa tingkat kelas lain, guru, karyawan sekolah, dan para orangtua murid yang secara khusus mereka undang.

Untuk melaksanakan tema pembelajaran itu, setiap anak bekerja dalam kelompok. Masing-masing kelompok menentukan sendiri apa jualan yang akan mereka gelar dan berapa kira-kira untung yang akan mereka ambil dari dagangannya. Mereka menyiapkan sendiri di saat-saat pelajaran dengan arahan guru.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD

Cintai Indonesia

Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran Bahasa

Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham constructivism. Dalam whole language bahasa diajarkan secara utuh, tidak terpisah-pisah; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis diajarkan secara terpadu (integrated) sehingga siswa dapat melihat bahasa sebagai suatu kesatuan.

Dalam menerapkan whole language guru harus memahami dulu komponen-komponen whole language agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. Komponen whole language adalah reading aloud, jurnal writing, sustain silent reading, shared reading, guided reading, guided writing, independent reading, dan independent writing.

Kelas yang menerapkan whole language merupakan kelas yang kaya dengan barang cetak, seperti buku, majalah, koran, dan buku petunjuk. Di samping itu, kelas whole language dibagi-bagi dalam sudut-sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara individual di sudut-sudut tersebut.

Selanjutnya, kelas whole language menerapkan penilaian yang menggunakan portofolio dan penilaian informal melalui pengamatan selama pembelajaran berlangsung

Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan dalam proses belajar-mengajar yang sesuai dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan ini memberikan pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan yang cocok untuk memperoleh serta mengembangkan kompetensi bahasa yang kita pelajari, dalam hal ini bahasa Indonesia.

Fokus pembelajarannya tidak hanya pada pencapaian tujuan pembelajaran saja, melainkan juga pada pemberian pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan pengaturan kelas, baik secara fisik maupun nonfisik. Pengaturan dilakukan sedemikian rupa agar siswa mempunyai keleluasaan gerak, merasa aman, bergembira, bersemangat, dan bergairah untuk belajar. Dengan kondisi yang demikian, materi yang diberikan kepada siswa akan mencapai hasil yang maksimal.

Sementara itu, beberapa aspek yang dibahas dalam KB 2 ini mencakup tiga hal penting, yakni Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses, Prinsip-prinsip Pendekatan Keterampilan Proses, dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Keterampilan Proses. Ketiga hal tersebut dipaparkan berdasarkan gambaran dasar yang terdapat dalam pendekatan keterampilan proses.

Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa dan mengembangkan prosedur-prosedur bagi empat keterampilan berbahasa, yang mencakup menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dan mengakui saling ketergantungan bahasa dan komunikasi, dan bahasa yang dimaksud dalam konteks ini tentu saja bahasa Indonesia. Beberapa hal yang berkait langsung dengan konsep ini adalah latar belakang munculnya pendekatan komunikatif, ciri-ciri utama pendekatan komunikatif, aspek-aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif, dan penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Munculnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa bermula dari adanya perubahan-perubahan dalam tradisi pembelajaran bahasa di Inggris pada tahun 1960-an, yang saat itu menggunakan pendekatan situasional. Dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara mempraktikkan/melatihkan struktur-struktur dasar dalam berbagai kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, seperti halnya teori linguistik yang mendasari audiolingualisme, ditolak di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1960-an dan para pakar linguistik terapan Inggris pun mulai mempermasalahkan asumsi-asumsi yang mendasari pengajaran bahasa situasional. Menurut mereka, tidak ada harapan/masa depan untuk meneruskan mengajar gagasan yang tidak masuk akal terhadap peramalan bahasa berdasarkan peristiwa-peristiwa situasional. Apa yang dibutuhkan adalah suatu studi yang lebih cermat mengenai bahasa itu sendiri dan kembali kepada konsep tradisional bahwa ucapan-ucapan mengandung makna dalam dirinya dan mengekspresikan makna serta maksud-maksud pembicara dan penulis yang menciptakannya.

Dalam prosedur pembelajaran pendekatan komunikatif, terdapat beberapa garis besar pembelajaran yang harus diperhatikan yakni Penyajian Dialog Singkat, Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan, Penyajian Tanya-Jawab, Penelaahan dan Pengkajian, Penarikan Simpulan, Aktivitas Interpretatif, Aktivitas Produksi Lisan, Pemberian Tugas, dan Pelaksanaan Evaluasi.

Sementara itu, beberapa aspek yang harus diperhatikan kaitannya dengan pendekatan komunikatif adalah teori bahasa, teori belajar, tujuan, silabus, tipe kegiatan, peranan guru, peranan siswa, dan peranan materi. Adapun dalam penerapan pendekatan komunikatif ini, ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni tujuan pembelajarannya dan GBPP yang digunakan. Adapun yang termasuk dalam strategi pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif adalah pengorganisasian kelas serta metode dan teknik Belajar Mengajar.

PENDEKATAN TEMATIK DALAM PEMBELAJARAN SD

Konsep pembelajaran tematik adalah merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik  merupan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam  intra  mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.

Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu pendidik dituntut harus mamapu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup dimasyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tama tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema ”Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, kimia, biologi dan matematik. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, agama dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan pengahayatan secara alamiah tetang dunia di sekitar mereka.

@ KARAKTERISTIK PENDEKATAN TEMATIK

Sebagai suatu proses, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut :

  • Pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasan pada peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik dapat aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

  • Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.

Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki peserta didik, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari peserta didik. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang di pelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat kepada kemampuan peserta didik untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.

  • Belajar melalui pengalaman lansung.

Pada pembelajaran tematik diprogramkan untuk melibatkan peserta didik secara lansung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan peserta didik belajar dengan melakukan kegiatan secara lansung. Sehingga peserta didik akan memahmi hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekadar informasi dari guru. Pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan peserta didik sebagai actor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.

  • Lebih memperhatikan proses dari hasil semata.

Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan discoveri inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran tematik dilaksanakan dengan melibatkan hasrat, minat, dan kemampuan peserta didik, sehingga dimungkinkan peserta didik  termotivasi untuk belajar terus menerus.

  • Sarat dengan muatan keterkaitan.

Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga dimungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat peserta didik lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.

Badai Matahari

BADAI MATAHARI

Badai Matahari = Flare dan CME. Badai Matahari akan terjadi ketika adanya flare dan Corona Mass Ejection (CME). Apa itu Flare..? Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dahsyatnya menyamai 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Sedangkan CME adalah sejenis ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel2 berkecepatan tinggi yakni sekitar 400 km/detik. Badai matahari atau solar storm adalah siklus kegiatan peledakan dahsyat dari masa puncak kegiatan bintik matahari (sunspot), biasanya setiap 11 tahun akan memasuki periode aktivitas badai matahari. Ilmuwan Amerika baru-baru ini memperingatkan bahwa pada tahun 2012 bumi akan mengalami badai matahari dahsyat (Solar Blast), daya rusakanya akan jauh lebih besar dari badai angin “Katrina”, dan hampir semua manusia di bumi tidak akan dapat melepaskan diri dari dampak bencananya.

Dampak Badai Matahari

Dampak badai matahari terutama terkonsentrasi di luar ruang angkasa dan karena efek rintangan medan magnetik bumi dan atmosfir, pengaruh gangguannya tidak akan terlalu nyata terhadap kehidupan di bumi. Para ahli mengatakan, ketika aktivitas badai matahari aktif, akan terus menerus terjadi pembakaran dan peledakan pada sunspot, pada saat sejumlah besar sinar ultraviolet dilepaskan akan menyebabkan densitas lapisan ionosfir di atas angkasa bumi meningkat mendadak, menyerap habis energi gelombang pendek, sehingga gelombang pendek sinyal radio terganggu. Dampak lainnya adalah “efek domino”. jaringan listrik menjadi rapuh dan tidak stabil, hal-hal yang berhubungan dengan bisnis pasokan listrik juga akan menjadi korban: peralatan refrigeration berhenti, makanan dan obat-obatan yang tersimpan dalam ruang berpendingin dalam jumlah besar akan kehi-langan kondisi penyimpanan dan rusak; pompa tiba-tiba berhenti berfungsi, air minum pada masyarakat akan menjadi masalah. Selain itu, karena gangguan pada sinyal satelit, sistem posisi GPS akan menjadi sampah.

Sumber : http//:erabaru.net/iptek/81-antariksa-astronomi.co.id

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN TERPADU

Pendidikan Selayaknya

A. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

(1) menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);

(2) Menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak

Pembelajaran IPA secara terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan masih dalam lingkup bidang kajian IPA.

B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut.

1.  Pembelajaran berpusat pada anak.

Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

2.  Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.

Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagaimacam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa,sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata di dapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.

3.  Belajar Melalui Pengalaman Langsung

Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.

4.  Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata.

Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquri (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.

5.  Sarat dengan muatan keterkaitan

Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.


C. Model-model Pembelajaran Terpadu

Tabel ragam model pembelajaran terpadu

Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Terpisah ( Fragmented ) Berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah Adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran Keterhubungan menjadi tidak jelas; lebih sedikit transfer pembelajaran
Keterkaitan /
Keterhubungan
( Connected )
Topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain. Konsep–konsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan ( review ), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin Disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan; kontent tetap terfokus pada satu disiplin ilmu
Berbentuk Sarang/
kumpulan ( Nested )
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, dan kontent (c ontents skill ) dicapai di dalam satu mata pelajaran ( subject area ) Memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas pembelajaran Pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau pelajaran
Dalam satu rangkaian
( Sequence )
Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan, meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran Membutuhkan kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memilki lebih sedikit otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikula
Terbagi ( Shared ) Perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap ( attitudes ) yang sama Terdapat pengalaman-pengalaman instruksional bersama; dengan dua orang guru di dalam satu tim, akan lebih mudah untuk berkolaborasi Membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen, dan kompromi
Bentuk jaring laba-laba
( Webbed )
Pengajaran tematis, menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran Dapat memotivasi murid-murid: membantu murid-murid untuk melihat keterhubungan antar gagasan Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti, juga relevan dengan kontent
Dalam satu alur
( Threaded )
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar ‘direntangkan’ melalui berbagai disiplin Murid-murid mempelajari cara mereka belajar; memfasilitas transfer pembelajaran selanjutnya Disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain
Terpadu ( Integrated ) Dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih dalam berbagai disiplin ilmu, dicari keterampilan, konsep, dan sikap-sikap yang sama Mendorong murid-murid untuk melihat keterkaitan dan kesalingterhubungan di antara disiplin-disiplin ilmu; murid-murid termotivasi dengan melihat berbagai keterkaitan tersebut Membutuhkan tim antar departemen yang memiliki perencanaan dan waktu pengajaran yang sama
Immersed Pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai ( area of interest ) Keterpaduan berlangsung di dalam pelajar itu sendiri Dapat mempersempit fokus pelajar tersebut
Membentuk jejaring
( Networked )
Pelajar melakukan proses pemaduan topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring pakar dan sumber daya Bersifat proaktif; pelajar terstimulasi oleh informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru Dapat memecah perhatian pelajar; upaya-upaya menjadi tidak efektif

Menurut Fogarty (1991) bila di tinjau dari sifat materi dan cara memadukan konsep, keterampilan dan unit tematisnya ada 10 model pembelajaran terpadu. Dari kesepuluh model pembelajaran yang dikemukakan oleh Fogarty tersebut, hanya 3 model yang digunakan pada kurikulum PGSD yaitu connected model, webbed model, dan integrated model.


  1. D. Penerapan Pembelajaran Terpadu

Dalam praktik, setiap tema yang disajikan akan memerlukan durasi kurang lebih tiga sampai enam pekan, bergantung pada materi yang ada pada setiap caturwulan dan keterpaduan dari tema. Berikut adalah gambaran sebuah kelas yang sedang melakukan pembelajaran dengan tema Pasar.

Pak Beni adalah guru kelas tiga SD. Dia bersama tiga guru paralel lainnya mempersiapkan pembelajaran yang bertema Pasar dalam durasi waktu empat pekan. Keempat guru kelas tiga itu telah membagi tugas masing-masing dalam menyiapkan bahan, alat, dan materi pelajaran.

Pak Karim akan menyiapkan segala keperluan belajar untuk mata pelajaran Matematika. Pada mata pelajaran ini, materi pelajaran yang akan dibahas adalah uang serta penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Bu Nani akan menyiapkan segala perangkat pembelajaran untuk topik makanan sehat dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Bu Marni menyiapkan segala hal untuk mata pelajaran Bahasa Indone-sia dengan topik menulis kreatif. Pak Beni sendiri menyiapkan untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan topik kelurahan dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada topik tenggang rasa.

Awal belajar yang bertema pasar ini, seluruh kelas telah mengadakan survei. Survei dilakukan dengan cara siswa mengamati pasar yang dikunjunginya saat liburan dengan membuat chek-list pada lembar pengamatan yang disiapkan guru. Dalam pengamatan ini, anak melakukannya saat menemani orangtua mereka berbelanja di pasar. Selain pengamatan, siswa kelas tiga juga mengundang tukang siomay yang biasa mangkal di jalan masuk menuju sekolah. Mereka bergiliran mengajukan pertanyaan, seperti: Kapan mulai berjualan? Mengapa jualan siomay dan bukan yang lain? Mengapa menjadi penjual dan bukan menjadi pegawai? Berapa untung setiap hari? Apa rencana masa depannya? Apa obsesinya? Milih partai apa kalau pemilu?

Hasil akhir dari pembelajaran ini nantinya adalah aktivitas sebuah pasar tradisional yang rencananya akan “dibangun” di sepanjang koridor sekolah mereka, kolaborasi keempat kelas paralel tersebut. Seluruh siswa akan berprofesi sebagai pedagang berbagai macam makanan dan kebutuhan lainnya, sedangkan para pembelinya adalah semua komunitas sekolah, siswa tingkat kelas lain, guru, karyawan sekolah, dan para orangtua murid yang secara khusus mereka undang.

Untuk melaksanakan tema pembelajaran itu, setiap anak bekerja dalam kelompok. Masing-masing kelompok menentukan sendiri apa jualan yang akan mereka gelar dan berapa kira-kira untung yang akan mereka ambil dari dagangannya. Mereka menyiapkan sendiri di saat-saat pelajaran dengan arahan guru.

  1. E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu

Dari gambaran tersebut, akan menunjukkan adanya beberapa sisi positif mengapa kita menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu atau pendekatan tematik.

[   Kelebihan

Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.

  1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
  2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
  3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
  4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
  5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.

[   Kekurangan

  1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,  memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal,  rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan  yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
  2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
  3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
  4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
  5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
  6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.


  1. F. Manfaat Pembelajaran Terpadu

Sebagai suatu bentuk model pembelajaran, pembelajaran terpadu memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah :

1.  memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai kegiatan;

2.  meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif;

3.  meningkatkan kecakapan berpikir anak;

4.  banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa;

5.  pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antarmatapelajaran;

6.  pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmatapelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep;

7.  pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata;

8.  daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi;

9.  dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata;

10.  meningkatkan interaksi sosial anak;

11.  meningkatkan profesionalisme guru.


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE TERHUBUNG (CONNECTED), JARING LABA-LABA (WEBBED), DAN KETERPADUAN (INTEGRATED)

A. PEMBELAJARAN TERPADU TIPE TERHUBUNG (CONNECTED)

Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan 1 hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.

Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) : Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.

  1. a. Kelebihan
    1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan;
    2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;
    3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
    4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
    1. b. Kekurangan
      1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
      2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;
      3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.

B. PEMBELAJARAN TERPADU MODEL JARING LABA-LABA (WEBBED)

Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba di TK, yaitu:

  1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia;
  2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
  3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema;
  4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih;
  5. menyusun Rencana Kegiatan Mingguan;
  6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.

Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jarring laba-laba(webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.

  1. a. Kelebihan
    1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
    2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
    3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
    1. b. Kekurangan
      1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
      2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
      3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.

C. PEMBELAJARAN TERPADU MODEL INTEGRATED (TERPADU)

Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.

Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.

  1. a. Kelebihan
    1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran;
    2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
    3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;
    4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
    1. b. Kekurangan
      1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
      2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
      3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
      4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.

« Older entries