Penelitian Kualitatif

1. PENGERTIAN PENELITIAN KUALITATIF

    Menurut pendapat beberalah para ahli, pengertian penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

    Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13),

    Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

    Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.

    Bogdan dan Taylor (1992: 21-22)

    Menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

    Kirk dan Miller

    Menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social, yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusiadan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya.

    Hadani Nawawi dan Martini (1974 : 174)

    Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak diubah dalam bentuk symbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui dengan mempergunakan cara bekerja atau metode yang sitematik, terarah dan dapat dipertanggung jawabkan.

    Sudarto (1997:62)

    Penelitian kualitatif adalah prosedur penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.

    Pengertian Penelitian Kualitatif Lainnya Oleh Judith Preissle

    “Qualitative research is a loosely defined category of research designs or models, all of which elicit verbal, visual, tactile, olfactory, and gustatory data in the form of descriptive narratives like field notes, recordings, or other transcriptions from audio- and videotapes and other written records and pictures or films.” —Judith Preissle.

    Penelitian kualitatif juga disebut dengan: interpretive research, naturalistic research, phenomenological research (meskipun ini disebut sebagai jenis dari penelitian kualitaif yang dipakai penelitian deskriptif).

    2. KARAKTERISTIK  PENELITIAN DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF

    Karakteristik penelitian dengan pendekatan kualitatif menurut Alsa (2003: 38-44) adalah:

    a.       Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber data;

    b.      Peneliti sebagai instrumen utama penelitian;

    c.       Penelitian kualitatif adalah deskriptif;

    d.      Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil penelitian;

    e.       Peneliti kualitatif cenderung menganalisa datanya secara induktif;

    f.        Pemaknaan merupakan perhatian utama dari penelitian kualitatif;

    g.       Kontak personal langsung dengan subyek merupakan hal utama dalam penelitian kualitatif;

    h.       Penelitian kualitaif pada umumnya berorientasi pada kasus unik; dan

    i.         Penelitian kualitatif biasanya merupakan penelitian lapangan (fieldwork).

    Selain karakteristik penelitian kualitatif menurut pendapat Alsa diatas, penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagi berikut :

    1. Peneliti memaknai apa yang diteliti dengan persepsi-persepsi subyektif untuk menghadirkan konteks yang menjelaskan suatu fenomena.
    2. Tujuan penelitian adalah mengembangkan konsep-konsep yang dapat menjelaskan makna suatu fenomena.
    3. Tidak dilakukan pengujian hipotesis, karena konteks atau lingkungan social menentukan bagaimana data dikumpulkan.
    4. Konsep pengetahuan dalam bentuk tema, motif, taksonomi dangeneralisasi bukan operasional variable.
    5. Generalisasi tidak dilakukan mengacu pada kaidah probabilitas, tetapi melalui ekstraksi kenyataan dari data yang ditemukan di lapangan dan menyajikannya dalam gambaran yang koheren dan konsisten.

    3. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN DENGAN PENDEKATAN KALITATIF :

    Ke- Langkah Penelitian
    I Definisi masalah penyelidikan Penyelidikan mendefinisikan masalah penyelidikan berdasar fakta atau hasil-hasil observasi terdahulu.
    II Rumuskan Hipotesi Suatu atau sejumlah hipotesis mengenai hubungan antarvariabel dinyatakan. Beberapa penyelidikan tidak merumuskan hipotesis melainkan menghasilkan hipotesis sebagi kesimpulan hasil penyelidikan.
    III Buat Definisi Operasional Konsep, construct, variable, atau istilah dalam penyelidikan ini didefinisikan. Definisi akan memungkinkan para penyelidik mempunyai pengertian sama atas sasaran-sasaran penyelidikan. Definisi operasional sekaligus menggambarkan bahwa metode observasi merupakn cara yang tepat untuk penyelidikan harus ditetapkan.
    IV Rancang Alat Penyelidikan Pelaku pengamatan yang sesuai ditentukan. Penyelidikan dapat menggunakan data yang sudah terkumpul pada penyelidikan-penyelidikan terdahulu. Suatu petunjuk dubuat mengenai item-item yang harus diamati dan dicatat serta cara merekamnya. Pengamat dilatih dan alat penyelidikan diujicoba. Kesahihan dan kendala alat ditetapkan.
    V Kumpulkan Data Data dikumpulkan oleh pengamat dengan alat yang telah ditetapkan.
    VI Analisis Data Data yang diperoleh dibandingkan dengan hipotesis yang dibuat. Penemuan penyelidikan yang baru, mungkin tak berhubungan dengan hipotesis dicermati oleh penyidik. Interpretasi atas hasil analisis dilakukan. Pembahsan dilakukan dengan mengadu hasil-hasil penyelidikan yang sudah ada dahulu.
    VII Tarik Kesimpulan Kesimpulan ditarik, dapat mendukung atau menggugurkan hipotesis. Penyelidikan yang sifatnya eksploratif dapat cukup menghasilkan hipotesis.

    Kesimpulan haruslah berupa informasi spesifik yang dapat membantu pengambilan keputusan. Rekomendasi ke arah pengambilan keputusan dibuat berdasarkan kesimpulan ini.

    VIII Laporan Penyelidikan Laporan penyelidikan ditulis selengkap dan seperlunya.

    Contoh Proposal PTK

    1. A. JUDUL

    PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV  SDN KEDAMEAN I KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK DALAM MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT AIR

    1. B. MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN

    Model Pembelajaran di Sekolah

    1. C. PENDAHULUAN

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara.

    Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk itu seharusnya guru mencari informasi tentang kondisi mana yang dapat meningkatkan pembelajara di sekolah dasar.

    Masalah yang umum ditemui adalah rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran eksak yang diantaranya adalah matA pelajaran sains / IPA, sehingga mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam ulangan harian atau evaluasi seringkali jauh dari yang diharapkan. Karena pembelajaran IPA yang ditempuh siswa kurang menemui sasaran, akibatnya penguasan keterampilan dan peng-aplikasi­-an materinya dalam kehidupan sehari-hari juga kurang terlihat. Padahal mata pelajaran IPA salah satu sasarannya adalah agar para siswa mampu mengaplikasikan apa yang diterimanya dalam kehidupan sehari-hari yang tak lepas dari alam sekitar dan fenomena-fenomenanya. Materi yang sebenarnya cukup mudah dan sering ditemui dalam kehidupan setiap hari namun terkadang cukup sulit dalam pembelajarannya serta hasil belajarnya di sekolah adalah sifat-sifat benda cair khusunya air.

    Masalah ini muncul kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya :

    a)      Lemahnya penanaman konsep yang diberikan oleh guru sehingga materi yang seharusnya mudah menjadi sukar

    b)      Kurangnya minat belajar siswa karena pembelajaran hanya dilkakun dengan duduk dan mendengarkan ceramah dari sang guru dengan hanya sedikit melibatkan peran siswa.

    c)      Tidak tersedianya media yang dapat mendukung materi sisfat-sifat air sehingga mengakibatkan keabstrakan konsep pada siswa juga mempersulit guru menanamkan konsep materi sifat-sifat air dengan tepat

    Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang tepat serta adanaya instrument pembelajaran pendukung yang memadai. Dari sekian banyak model pembelajaran yang tersedia, model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction)-lah salah satu model yang paling tepat dan sesuai untuk materi sifay-sifat benda cair, dalam hal ini adalah air.

    Penggunaan model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) yang merupakan model pembelajaran yang mengedepankan sintaks atau tahap per tahap dapat menanamkan konsep serta materi yang diterima siswa dengan sanagt mendalam. Karena dengan model pembelajaran pengajaran langsung guru dapat melakukan bimbingan kepada siswa dalam bereksperimen dalam pendalaman materi dengan bantuan media yang telah tersedia, siswa dapat secara langsung terlibat dalam pembelajaran, melihat, mengamati, dan merumuskan sendiri dalam ingatanya mengenai materi yang diajarkan, memacu siswa untuk melakukan tanya jawab maupun diskusi dengan guru dan temannya apabila dalam proses pembelajarannya ada hal-hal yang belum dimengerti, juga mendorong rasa ingin tahu, keberanian siswa dalam mencari materi yang dipelajari, dan mendorong siswa untuk bersosialisasi dengan temannya dalam belajar sehingga dapat menumbukan aspek keterampilan social siswa.

    Selanjutnya Rahmanelli (2005:237) menyatakn apabila anak terlibat dan mengalami sendiri serta ikut serta dalam proses pembelajaran maka hasil belajar siswa akan lebih baik , disamping itu pelajaran akan lebih lama diserap dalam ingatan siswa.

    1. D. RUMUSAN MASALAH DAN RENCANA PEMECAHANNYA

    a) Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diterik suatu perumausan masalah “apakah penggunanan model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kedamean I dalam mata pelajaran IPA/Sains materi sifat-sifat air?”.

    b) Rencana Pemecahan Masalah

    Untuk memecahkan permasalahan diatas, maka dilakukan langkah-lanngkah yang sesuai dalam pembelajran dengan menerapkan model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) dan dangan dilengkapi instrument-instrumen pembelajaran yang sesuai untuk menunjang pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) itu sendiri.

    1. E. TUJUAN

    1) Tujuan Umum

    Penggunaan model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) memiliki tujuan umum, yaitu agar dapat mengkongkritkan pembelajaran dan melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran IPA/Sains, serta agar dapat memberikan secara langsung pengalaman dalam kegiatan pembelajaran sehingga lebih memberikan penanaman konsep ataupun materi dalam pikiran/ ingatan siswa.

    2) Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dari penggunaan model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran langsung (direct instruction) dapat meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kedamean I dalam mata pelajaran Sains/IPA materi sifat-sifat air.

    1. F. MANFAAT

    1) Bagi guru

    1.Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Sains/IPA, khususnya materi mengenai sifat-sifat benda cair (air).

    2.Meningkatkan kualitas belajar mengajar dengan penerapan model dan metodologi yang bersifat variatif dan bukan lagi secara klasikal yang sifatnya konvensional.

    3.Memberikan kepuasan kepada guru karena pembelajaran dapat semangat dan memperoleh hasil sesuai yang di harapkan.

    2) Bagi Siswa

    1. Memberikan kontribusi untuk meningkatkan minat, motivasi, dan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep materi IPA/Sains khususnya materi sifat-siat air sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat

    2.Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan karena pembelajaran dilakukan secara sintaks/tahap per tahap

    3.Memacu motivasi dan semanagat belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena kegiatan pembelajaran variatif menggunakan instrument-instrument maupun media serta secara langsung melibatkan siswa.

    4.Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, maka akan meningkat pula kualitas hasil belajar siswa

    3) Bagi Sekolah

    1.Merupakan asset yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kemajuan serta kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan

    2.Dengan meningkatnya hasil belajar siswa serta kualitas pendidikan di sekolah, maka akan meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat.

    1. G. KAJIAN PUSTAKA

    1) Hakekat Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar

    Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA, adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA/SMU) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu-ilmu eksakta.

    Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat; ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika.

    Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.

    Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint” (Agus. S. 2003: 11)

    Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi.

    IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan ” Sains hari ini adalah teknologi hari esok” merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).

    IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.

    Berkaitan dengan pengertian di atas, maka tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah untuk membekali siswa tentang : (a) pengetahuan alam/Sains yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, (b) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan masalah secara kritis berdasarkan prinsip-prinsio sains, (c) kemampuan mengaplikasikan ilmu yang di dapat di sekolah dengan kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan pengetahuan alam, (d) kesadaran sikap mental yang kritis positif dan keterampilan ilmiah terhadap lingkungan hidup menjadi bagian dari kehidupan, (e) kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPA sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, dan kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK).

    Jadi, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya dengan mempelajari IPA akan terbentuk individu-individu yang berkemampuan ilmiah yang tinggi serta kritis dalam menghadapi masalah serta gejala-gejala yang terjadi di lingkungan sekitar dalam kehidupan.

    2) Proses Belajar Mengajar

    Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang merupakan substansi, sebagai medium antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan.

    Dalam proses belajar mengajar terdapat dua kegiatan yakni kegiatan guru dan kegiatan siswa. Guru mengajar dengan gayanya sendiri dan siswa juga belajar dengan gayanya sendiri. Sebagai guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga belajar memahami suasana psikologis siswanya dan kondisi kelas. Dalam mengajar, guru harus memahami gaya-gaya belajar siswanya sehingga kerelavansian antara gaya-gaya mengajar guru dan siswa akan memudahkan guru menciptakan interaksi edukatif dan kondusif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ametembun (1985) bahwa suatu interaksi yang harmonis terjadi bila dalam prosesnya tercipta keselarasan, keseimbangan, keserasian antara kedua komponen yaitu guru dan siswa.

    Dalam proses edukatif guru harus berusaha agar siswanya aktif dan kreatif secara optimal. Guru tidak harus terlena dengan menerapkan gaya konvensional. Karena gaya mengajar seperti ini tidak sesuai dengan konsepsi pendidikan modern. Pendidikan modern menghendaki siswa lebih aktif dalam kegiatan interaktif edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan siswa aktif dalam belajar.

    Banyak kegiatan yang harus dilakukan gurudalam proses belajar mengajar seperti memahami prinsip-prinsip proses belajar mengajar, menyiapkan bahan dan sumber belajar, memilih metode yang tepat, menyiapkan alat bantu pengajaran, memilih pendekatan, dan mengadakan evaluasi. Semua kegiatan yang dilakukan guru harus didekati dengan pendekatan sistem, sebab pengajaran adalah suatu sistem yang melibatkan sejumlah kompenen pengajaaran dan semua komponen tersebut saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.

    Sehubungan dengan diberlakukannya kurikulum 2004, maka salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan adalah pendekatan matematika realistik Indonesia (PMRI). Kemahiran matematia yang diharapkan dapat diwujudkan adalah sebagaimana tertuang dalam peta kompetensi mata pelaaran matematika di kelas VI SD, yaitu (1) menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika (termasuk peran definisi), (2) memecahkan dan menafsirkan masalah soal cerita, dan (3) menghargai matematika sebagai suatu yang berguna dan bermanfaat dalam kehidupan. Berdasarkan uraian tersebut maka soal cerita merupakan soal yang seharusnya mendapat porsi cukup besar dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Artinya, pembelajaran seharusnya dimulai dengan penggunaan masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita sehingga siswa memiliki kepekaan dalam memahami suatu persoalan dan bagaimana memecahkannya sehingga bermanfaat dalam kehidupannya.

    3) Pengertian Model Pemeblajaran

    Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.

    Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.
    Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajarantersebut dinamakan model pembelajaran.

    Sebagai ilustrasi, saat ini banyak remaja putri menggunakan model celana Jablai yangterinspirasi dari lagu dangdut dan film Jablai. Sebagai sebuah model, celana jablai berbeda dengan celana model lain meskipun dibuat berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik yang sama. Perbedaan tersebut terletak pada sajian, bentuk, warna, dan disainnya. Kembali ke pembelajaran, guru dapat berkreasi dengan berbagai model pembelajaran yang khas secara menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Model guru tersebut dapat pula berbeda dengan model guru di sekolah lain meskipun dalam persepsi pendekatan dan metode yang sama.

    Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan, model, dan teknik secara spesifik. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya aspek yang juga paling penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan model pembelajaran.

    4) Model Pembelajaran Pengajaran Langsung

    Pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan. Tetapi para ahli berpendapat bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik dari model pengajaran yang lain.(Kardi dan Nur, 2000b : 13).

    Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.

    Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.”

    Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has five steps:establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practiceA direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented.” Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa suatu pelajaran dengan model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1) penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan latiham mandiri.

    5) Hakekat Hasil Belajar

    Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat ( dalam Zainal Abidin. 2004:1 ) mengatakan bahwa hasil belajar adalah “ Penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Nana Sujana ( 1989:9 ) belajar didefinisikan sebagai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan – wawasan baru atau merubah sesuatu yang lama.

    Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Nasrun Harahab ( dalam Zainal Abidin. 2004:2 ) yaitu :

    a)      Hasil belajar berperann memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti PBM dalam jangka waktu tertentu.

    b)      Untuk mengetahui keberhasilan komponen – komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan

    c)      hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya.

    d)     Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.

    e)      Untuk keperluan supervise bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.

    f)       Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan dalam mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran “.

    1. H. PROSEDUR

    1) Setting Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan dan di tetapkan pada siswa kelas IV SDN I Kedamean Kec. Kedamean Kab. Gresik. Dalam penelitian ini berusaha mengkaji efektivitas pengajaran mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) focus utama dalam pelaksanaan penelitian adalah proses pembelajaran dan hasil produk yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar.

    2) Rencana Tindakan

    Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK) sehingga menerapkan kerja berulang atau (siklus). Dengan prosedur pelaksanaannya langkah-langkah yang dikembangkan oleh Kemmis, Stephen, & Mc Taggart, dan Robin (1998) yaitu melalui 4 (empat) tahap, dengan berpedoman pada refleksi awal antara lain meliputi (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi.

    Menurut Wardani ( 2002:1.4) PTK adalah Penelitian yang dilakukan guru dalam kelasnya dan berkolaboratif antara peneliti dengan praktisi ( guru dan kepala sekolah ).

    Adapun skema alur tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1 berikut :

    Gambar 1 Alur dalam penelitian tindakan kelas (PTK)

    3) Prosedur Penelitian

    Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melaksanakan tes awal berupa tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan di samping observasi.Observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui ketetapan tindakan yang akan diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam memakami dan mempelajari mata pelajaran IPA/Sains.

    Dari hasil evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan tindakan yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA/Sains siswa, yaitu melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) pada materi sifat-sifat air.

    Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas ini dengan prosedur sebagai berikut :

    1. a. Perencanaan

    Kegiatan yang dilaksana dalam perencanaan adalah :

    1. Identifikasi Masalah
    2. Menentukan priorotas masalah
    3. Membuat skenario pelaksanaan tindakan.
    4. Membuat lembar observasi: untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas ketika model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction) dilaksanakan ?
    5. Membuat instrument pembelajaran yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep IPA/sains khususnya materi sifat-sifat air dengan baik
    6. Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi IPA/Sains materi sifat-sifat air telah dikuasai oleh siswa.
      1. b. Pelaksanaan Tindakan

    Tindakan yang telah dirancang dilaksanakan oleh satu orang guru matematika kelas VI SD Negeri 32 Poasia. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan matematika realistik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat.

    1. c. Observasi

    Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Proses observasi dilakukan guru kelas selaku peneliti, yaitu dengan mengamati tindakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pengajaran langsung (direct instruction). Pengamatan juga dilakukan terhadap prilaku dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang ditimbulkan dari prilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran, baik dalam hal individu maupun social (berkelompok).

    1. d. Evaluasi

    Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Evaluasi tersebut ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan yang diajarkan. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes hasil belajar yang disusun peneliti. Bilamana secara klasikal minimal 80% siswa telah mencapai nilai paling rendah 6,5, maka tindakan dianggap telah berhasil dilaksanakan.

    1. e. Refleksi

    Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

    Berikut ini penjabaran dari prosedur penelitian yang saya terapkan dalama siklus :

    a) Siklus I

    1. a. Perencanaan
      1. i.      Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berkaitan dengan SK, KD, Indikator yang sesuai dengan materi. Yaitu, materi mengenai sifat-sifat air.
      2. ii.      Menentukan pokok bahasan yang akan dibahas pada setiap tindakan pembelajaran
      3. iii.      Merencanakan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Baik berupa media, LKS, soal-soal, dll yang akan digunakan dalam pembelajaran.
      4. iv.      Menyusun Lembar Kerja Siswa
      5. v.      Membuat media yang akan digunakan
      6. vi.      Menyusun format penilaian
      7. vii.      Mengadakan post test untuk meninjau kemampuan awal siswa dalam materi yang bersangkutan
      8. viii.      Membagi kelas menjadi beberapa kompok
      9. b. Pelaksanaan Tindakan
        1. i.      Membagikan media yang berupa alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengamati sifat-sifat air
        2. ii.      Membagikan lembar kerja siswa untuk diisi selama pembelajaran
        3. iii.      Membimbing siswa dalam melakukan praktikum. Bimbingan dilakukan guru dengan modeling dan diikuti oleh siswa dalam tahap per tahap
        4. iv.      Mengisi LKS sesuai dengan praktikum dan apa hasil dari pengamatan praktikum itu sendiri
        5. v.      Langkah (iii) dan (iv) dilakukan berulang sampai kegiatan praktikum selesai dan mendapatkan hasil
        6. vi.      Merangkum dan menyimpulkan hasil praktikum yang dibimbing guru
        7. vii.      Menyesuaikan hasil rangkuman dan kesimpulan dari praktikum mengenai sifat-sifat air dengan buku siswa yang memuat materi sifat-sifat air
        8. c. Observasi
          1. i.      Mengamati proses kegiatan siswa dalam berinteraksi dan bekerja dalam kelompok selama kegiatan belajar mengajar
          2. ii.      Melalui penilaian hasil LKS siswa
          3. d. Evaluasi
            1. i.      Melakukan penilaian hasil kerja LKS praktikum siswa
            2. ii.      Melakukan penilaian dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi dan hasil praktikum
            3. iii.      Melakukan evaluasi hasil belajar dengan memberikan test menjelang akhir pelajaran
            4. e. Refleksi
              1. i.      Apakah materi mengenai sifat-sifat air yang telah diamati langsung oleh siswa melalui praktikum dengan terbimbing oleh guru dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi dan meningkatkan hasil belajar siswa ?

    Indikator ini dapat terlihat dari hasil lember kerja siswa (LKS) yang diisi oleh siswa saat melakukan praktikum, apakah LKS yang diisi siswa benar dan sesuai dengan sifat-sifat air yang diterangkan dalam buku siswa. Selain itu, indicator ini juga dapat dilihat dari hasil test evaluasi yang diberikan guru seusai praktikum dan menjelang usainya pelajaran. (Apabila tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai indicator mencapai 80 % maka PTK ini selesai dan tidak diperlukan siklus II, namun jika sebaliknya, maka diperlukan siklus II)

    1. ii.      Apakah terjadi interaksi dan motivasi belajar yang tinngi ?

    Hal ini dapat terlihat selama kegiatan belajar mengajar, apabila siswa antusias selama praktikum dan mampu bekerja sama dalam kelompoknya serta aktif dalam berdiskusi mengenai materi maka interaksi belajar tampak sangat bagus dan tercapai.

    b) Siklus II

    Siklus II akan dilaksanakan apabila hasil belajar di siklus I belum mencapai tingkat keberhasilan 80 %

    Langakah-langkah yang akan digunakan adalah adalah untuk mennyempurnakan/memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I. Dan langkah-langkahnya adalah sebagi berikut :

    1. a. Perencanaan
      1. i.            Mengidentifikasi masalah dan kelemahan yang ada pada siklus I
      2. ii.            Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai di siklus II
      3. iii.            Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam siklus II dengan perangkat-perangkat yang lebih lengkap dari siklus I
      4. iv.            Menyiapkan soal post test untuk mengetahui tingkat materi sigfat-sifat air oleh siswa
    1. b. PelaksanaanTindakan
      1. i.            Membagi kelompok dan dengan kelompok yang ada pada siklus II ini anggota kelompoknya berbeda dengan yang ada pada siklus I
      2. ii.            Bimbingan guru diperjelas agar siswa juga lebih jelas dalam mengikuti apa yang dimodelkan guru dari tahap per tahap
      3. c. Observasi
        1. i.            Mengamati kelas saat praktikum dan kegiatan belajar mengajar berlangsung
        2. ii.            Menilai hasil LKS siswa
        3. d. Evaluasi
          1. i.            Melalui tes setelah melakukan praktikum dan mengisi LKS serta menyimpilkan hasil praktikum
          2. e. Refleksi
            1. i.            Apabila hasil belajar tes siswa mengenai materi sifat-sifat air mencapai 80% maka PTK selesai dengan tercapainya tujuan pembelajaran.
            2. ii.            Apabila hasil tes belummencapai tingkat keberhasilan 80% maka akan dilakukan siklus berikutnya, siklus III, dan mungkin akan mengganti model pembelajaran yang akan diterapkan


    4) Data dan Cara Pengemabilannya

    1.Sumber Data : personil penelitian yang terdiri dari siswa dan guru

    2.Jenis Data : data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar; dan data kualitatif yang diperoleh melalui lembar observasi, dan kuesioner.

    3.Cara Pengambilan Data

    (a.)           Data situasi pelaksanaan pendekatan matematika realistik diambil dengan menggunakan lembar observasi.

    (b.)           Data tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pendekatan matematika realistik diambil dengan menggunakan kuesioner

    (c.)           Data tentang hasil belajar IPA siswa mengenai materi sifat-sifat air diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.

    5) Indikator Kerja

    Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pelaksanaannya dalam tiga siklus tindakan. Namun demikian, bila pada hasil evaluasi suatu siklus paling sedikit 80 % siswa telah mendapatkan nilai paling rendah 6,5, maka siklus selanjutnya tidak dilaksanakan karena indikator keberhasilan telah tercapai.

    I. JADWAL

    No. Kegiatan Minggu Ke-
    1. Penyusunan proposal 1
    2. Pelaksanaan KBM dengan model DI
    3. Evaluasi hasil belajar siswa
    4. Evaluasi proses pembelajaran
    5. Pengumpulan data
    6. Analisis hasil evaluasi/data
    7. Penyusunan laporan

    Dampak Perkembangan IT terhadap Media Pembelajaran

    Nasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada abad ke lima belas tentang buku yang ditulis yang melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan fotografi mempercepat cara illustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat dalam “slow motion“ apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti . Rekaman memungkinkan kita mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes terkenal. Radio dan televisi menambah dimensi baru kepada media komunikasi . Video recorder memungkinkan kita merekam program TV yang dapat kita lihat kembali semua kita. Kemampuan membuat kertas secara masinal membawa revolusi dalam media komunikasi dengan penerbitan surat kabar dan majalah dalam jumlah jutaan rupiah tiap hari . Komputer membuka kesempatan yang tak terbatas untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu diperlukan.

    Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu bagi pendidikan. Buku sampai sekarang masih memegang peranan yang penting sekali dan mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu yang lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan di-komputer-kan. Memang kemampuan komputer sungguh luar biasa. Dalam sehelai nikel seluas 20 x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan yang terdiri atas 20.000 jilid. Namun ramalan bahwa seluruh kurikulum akan di-komputer-kan dalam waktu dekat rasanya masih terlampau optimis . Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1913 telah diramalkan bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui pendengaran akan tetapi melalui penglihatan. Namun tak dapat disangkal faedah berbagai media komunikasi bagi pendidikan.
    Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada zaman modern ini diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui televisi, jadi melalui media massa. Cara-cara untuk menyampaikan sesuatu melalui TV misalnya yang disajikan dengan bantuan para ahli media massa jauh lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kelas.

    Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual aids“ pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru dalam mengajar, sebagai ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila dikehendakinya. Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “ programmed instruction“ atau pengajaran berprograma. Dengan alat ini anak dapat belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar beprograma mempunyai pengaruh yang besar sekali pada perkembangan teknologi pendidikan. Di Amerika Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar itu.

    Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer, dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia. Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan resource-based learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan sumber lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber, diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. (2) BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri sendiri dalam belajar .
    Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang dapat mempermudah dan merperindah tampiran presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk program Microsoft Power Point yang merupakan salah satu dari paket Microsoft office. Pogram ini menyediakan banyak fasilitas untuk membuat suatu presentasi.